BUDAYA BATIK SRAGEN
Kabupaten Sragen
merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, mendekati
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kearifan lokal dalam dimensi
keterampilan yang terdapat di kabupaten Sragen yaitu seperti:
1.
Bercocok tanam
Bercocok tanam,
pertanian. Sektor pertanian cukup dominan bagi perekonomian Kabupaten Sragen.
Sumbangannya terhadap PDRB daerah itu mencapai 41,09 persen.
Beberapa produk pertanian, yaitu
padi, kacang tanah, dan mangga,semangka berperan cukup signifikan bagi produksi
komoditi tersebut di tingkat Jawa Tengah. Bahkan jumlah produksi mangga
Kabupaten Sragen merupakan yang terbesar di Jawa Tengah.
Untuk tanaman
bahan pangan, komoditi andalannya adalah padi, ubi kayu, dan jagung. Sedangkan
kacang tanah, meskipun merupakan andalan daerah ini di tingkat propinsi, namun
jumlah produksinya bukan tiga besar. Produksi tiga jenis bahan pangan ini
relatif merata di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sragen. Namun terdapat
kecamatan dengan produksi masing-masing bahan pangan terbesar, yaitu Kecamatan
Sidoharjo sebagai kecataman yang terbesar memproduksi padi, Kecamatan Mondokan
adalah produsen terbesar ubi kayu, dan Kecamatan Sumberlawang sebagai produsen
terbesar jagung di Kabupaten Sragen.
Untuk sayur-sayuran,
komoditi andalannya adalah cabe, kacang panjang, dan terong. Namun produksinya
tidak termasuk signifikan di tingkat Jawa Tengah.
Salah satu andalan
daerah ini di tingkat provinsi adalah komoditi buah-buahan terutama mangga.
Produksi mangga juga merupakan yang terbesar dibanding komoditi buah-buahan
lainnya di Kabupaten ini. Komoditi andalan lainnya adalah pisang, semangka dan
melon. Kecamatan andalan untuk produksi mangga adalah Sumberlawang, andalan
untuk produksi pisang adalah Sidoharjo, produksi semangka adalah Masaran dan
andalan untuk produksi melon adalah Sambung Macan.
Pada subsektor
perkebunan, komoditi andalan daerah ini adalah tebu. Produksinya mencapai 387
ribu ton. Kecamatan andalan tanaman tebu adalah Jenar dengan produksi 144 ribu ton,
Tangen dengan produksi 62 ribu ton, dan Gesi 53 ribu ton. Ketiga kecamatan ini
cocok dijadikan sebagai klaster perkebunan tebu.
Hasil dari
pertanian ini dijual ke sentral pasar tradisional, toko-toko di Sragen. Dan ada
yang dikirim ke luar kota.
2.
Membatik
Selain
pertanian, sektor andalan lainnya adalah sektor industri pengolahan. Mayoritas
industri di daerah ini berskala kecil. Namun demikian, dilihat dari nilai
produksi, industri besar mengumpulkan nilai produksi yang lebih besar.Industri
batik di Sragen merupakan warisan leluhur yang sudah berusia kurang lebih 100
tahun.
Bicara tentang
batik Sragen tak bisa dipisahkan dari Keraton Surakarta (Solo) yang merupakan
pelopor pembuatan batik. Penduduk Kabupaten Sragen yang wilayahnya berdekatan
dengan Keraton Surakarta (Solo), hanya dibatasi Sungai Bengawan Solo ternyata
banyak belajar dari seniman batik Solo. Berkat ketekunan dan keuletannya,
penduduk Sragen hingga sekarang berhasil mengembangkan batik dengan ciri
tersendiri. Kabupaten Sragen hingga kini memiliki sebanyak 4.542 unit usaha
batik tulis dengan jumlah perajin batik 12.353 orang yang tersebar di
sentra-sentra industri batik di Kecamatan Plupuh, Masaran, dan Kalijambe.
Khusus untuk Kecamatan Masaran ada 2.567 unit usaha batik yang mampu menyerap
tenaga kerja 7.233 orang.
Perajin batik
Sragen setiap bulan mampu memproduksi sebanyak 1.201.500 potong bahan batik
untuk konsumsi pasar domestik seperti Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, sedangkan
pasar ekspor kini belum digarap optimal. Para perajin batik Sragen hingga
sekarang memang masih terpaku manggarap pasar domestik, sedangkan pasar ekspor
belum tersentuh sama sekali. Pembatik di Sragen memang mayoritas hanya
mengkhususkan diri membuat bahan batik yang disetorkan ke beberapa toko batik
terkenal untuk dijadikan pakaian batik. Namun ada juga yang membuat pakaian
batik. Mutu batik Sragen tak kalah dari daerah lain.
Produksi batik yang dibuat kalangan pembatik di Sragen antara lain batik cap, batik tulis, batik printing, dan cabut batik (kombinasi batik tulis dan batik cetak). Kabupaten Sragen sejak dulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil batik dengan ciri khas yang berbeda dari batik-batik di daerah lain sehingga produksi batik Sragen sangat diminati kalangan konsumen.
Produksi batik yang dibuat kalangan pembatik di Sragen antara lain batik cap, batik tulis, batik printing, dan cabut batik (kombinasi batik tulis dan batik cetak). Kabupaten Sragen sejak dulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil batik dengan ciri khas yang berbeda dari batik-batik di daerah lain sehingga produksi batik Sragen sangat diminati kalangan konsumen.
Hanya saja,
selama ini para perajin memang memilih memasok ke pasaran di Solo karena
kebetulan ada Pasar Klewer. Karena itu terkenalnya batik Solo padahal itu
produksi dari perajin di Sragen. Di Solo sendiri memang banyak terdapat
pabrikan batik. Tetapi kebanyakan batik printing, sedangkan perajin batik tulis
kini sudah semakin jarang. Di samping kalah bersaing, pasaran juga lebih banyak
dikuasai batik pabrikan. Masyarakat sendiri hanya mengenal batik. Tidak begitu
memperhatikan batik tulis atau batik printing.
3.
Mengayam
Petani di
Kabupaten Sragen ada yang memproduksi tanaman khusus yang dibuat untuk mengayam
tikar. Tanaman ini di Sragen disebut mendong. Masyarakat memanfaatkan tanaman
ini untuk dibuat tikar dengan berbagai ukuran, ada yang kecil ada pula yang
besar. Tanaman yang sudah tua di panen, warnnanya natural krem. Setelah itu
tanaman medong yang sudah dipanen di warnai dengan berbagai macam warna. Ada
warna merah, hijau, kuning. Kemudian
dikeringkan, setelah dikeringkan mulailah dibuat tikar dengan keterampilan
mengayam. Hasil dari produksi mengayam ini, masyarakat menjualnya ke pasar,
atau keliling ke daerah-daerah tertentu di Sragen. Tikar yang terbuat tanaman
mendong ini nyaman untuk di pakai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar