Minggu, 01 November 2015

DONGENG SEJARAH KABUPATEN BANDUNG


DONGENG SEJARAH  KABUPATEN BANDUNG
Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang berbuat kesalahan, maka oleh Sang Hyang Tunggal mereka dikutuk turun ke bumi dalam wujud hewan.  Sang dewi berubah menjadi babi hutan (Celeng) bernama celeng Wayung Hyang, sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing yang bernama Si Tumang. Mereka harus turun ke bumi menjalankan hukuman dan bertapa memohon pengampunan agar dapat kembali ke wujudnya dewa-dewi kembali.
Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang ttertampung dalam daun caring (keladi hutan), dalam versi lain disebutkan air kemih Sang Raja tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama celeng Wayung Hyang yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum air seni Sang Raja tadi. Wayung Hyang secara ajaib hamil dan melahirkan seorang bayi cantik, karena pada dasrnya ia adalah seorang dewi. Bayi cantik itu ditemukan di tengah hutan oleh Sang Raja yang tidak menyadari bahwa ia adalah putrinya. Bayi perempuan itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang amat cantik jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik menenun kain, totompong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir terlebih dahulu, dia berjanji siapa pun yang mengambil torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan saudarinya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya tersebut, dayang Sumbi harus memgang teguh persumpahan dan janjinya, karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya ditemani Si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang dapat kembali ke wujud aslinya sebgai dewa yang tampan, dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan dewa yang tampan, yamg sesungguhnya adalah wujud asli Si Tumang. Maka Dayang Sumbi akhirnya hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang kuat dan tampan.
Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani Si Tumanguntuk berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh Si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah celeng Wayung Hyang. Karena Si Tumang mengenali celeng  Wayung Hyang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri, maka Si Tumang tidak menurut. Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti Si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan Si Tumang terbunuh, tertusuk anak panah. Sangkuriang bingung, lalu karena tak dapat hewan buruan maka Sangkuriang pun menyembelih tubuh Si Tumang dan mengambil hatinya. Hati Si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati Si Tumang, suaminya sendiri, mka kemarahannya pun memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan sendok yang terbuat dari tempurung kelapa, sehingga terluka.
Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. Dayang Sumbi yang menyesali perbuatan telah mengusir anaknya, mencari da memanggil-manggil Sangkuriang ke hutan memohonya untuk segera pulang, akan tetapi Sangkuriang telah pergi. Dayang Sumbi sangat sedih dan memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar kelak dipertemukan kembali dengan anaknya. Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laku hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara mengelilingi dunia. Sangkuriang pergi berguru kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang kini bukan bocah lagi, tetapi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, sakti, dan gagah perkasa. Setelah sekian lama berjalan kearah timur akhirnya sampailah diarah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi-ibunya. Karena Dayang Sumbi melakukan tapa dan laku hanya memakan tanaman mentah, maka Dayang Sumbi menjadi tetap cantik dan awet muda. Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa Sang Ksatria tampan itu adalah putranya sendiri. Lalu kedua insan itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai citarum. Sangkuriang menyanggupinya.
Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh diarah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung bukit tanggul. Rantingnya ditumpukan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang dengan bantuan para guriang (makhluk halus), bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksanakan. Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka mereka pun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sang Hyang Tikoro di jebolnya sumbat aliran sungai Citarum delemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi gunung Tangkuban Perahu. Dengan hancurnya bendungan, air yang tertampung dalam danau mengering dan menjadi sebuah dataran yang luas sehingga sekarang menjadi sebuah kota yang disebut BANDUNG (dari kata bendung, yang artinya dam atau bendungan atau waduk).
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang lari menghindari kejaran anaknya yang telah kehilangan akal sehatnya itu, Dayang Sumbi hampir tertangkap oleh Sangkuriang di Gunung Putri dan ia pun memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar menyelamatkannya, maka Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang stelah sampai disebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung dan akhirnya menghilang ke alam gaib (Ngahiyang).


1 komentar: