Minggu, 01 November 2015

DONGENG SEJARAH PULAU TIMOR


DONGENG PUTRI JONGGRANG


DONGENG PUTRI JONGGRANG
Di Prambanan terdapat kerajaan, rajanya bernama Ratu Boko. Sang raja mempunyai seorang putri berwajah cantik namanya Roro Jonggrang. Ratu Boko bertubuh tinggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturanan raksasa.
Antara kerajaan Pengging dan kerajaan Prambanan terjadi peperangan. Pada mulanya Raja Pengging kalah, tentara Pengging banyak yang mati di medan perang.
Mendengar kekalahan pasukan ayahnya maka Joko Bandung bertekad menyusul pasukan ayahnya. Dalam perjalanan, di tengah hutan, Joko Bandung bertemu dan berkelahi dengan seorang raksasa bernama Bandawasa. Menjelang ajal Bandawasa yang juga berilmu tinggi ini ternyata menyusup ke dalam roh Joko Bandung dan minta namanya digabung dengan pemuda itu sehingga putra Raja Pengging ini bernama Joko Bandung Bandawasa. Joko Bandung maju ke medan perang, selama berhari-hari pertarungan berlangsung dengan seru antara dia dengan Ratu Boko, namun pada akhirnya pemuda itu dapat mengalahkan dan membunuh Prabu Boko.
Ketika Joko Bandung memasuki istana keputren ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita, Joko Bandung langsung cinta dan ingin memperisterinya. Namun, Roro Jonggrang berusaha mengelak keinginannya, karena Roro Jonggran tahu bahwa pembunuh ayahnya adalah Joko Bandung.
Namun, untuk menolak begitu saja tentu Roro Jonggrang tidak berani, takut dibunuh oleh Joko Bandung. Maka Roro Jonggrang mengajukan syarat, ia mau diperistri oleh Joko Bandung asalkan pemuda itu bersedia membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam, dalam waktu satu malam.
Menurut anggapan Roro Jongggrang, pasti Joko Bandung tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang amat berat itu. Di luar dugaan Bandawasa yang bersatu dalam tubuh Joko Bandung menyatakan sanggup membantu Joko Bandung.
Joko Bandung Bandawasa yang sakti itu minta bantuan makhluk halus. Mereka bekerja keras setelah matahari terbenam, dan satu persatu candi yang diminta oleh Roro Jonggrang mendekati penyelesaian
.Melihat kejadian tersebut, Roro Jonggrang heran dan juga terkejut. Karena bangunan candi yang begitu banyak sudah hampir selesai. Pada tengah malam sewaktu para makhluk halus melanjutkan tugas menyelesaikan bangunan candi yang tinggal sebuah. Roro Jonggrang membangunkan gadis-gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada lesung sehingga kedengaran suara riuh. Ayam jantan pun berkokok sahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi dan matahari hampir terbit.
Permintaan Roro Jonggran tidak dapat terpenuhi karena masih kurang satu bangunan candi. Marahlah Bandung, karena ulah dan tipu muslihat dari Roro Jonggrang.
Waktu itulah Bandung mendekati gadis yang dicintainya dan berkata: ”Roro Jonggrang! Kau ini hanya mencari-cari alasan. Kalau tidak mau katakan tidak mau, jangan mengelabuiku. Kau ini keras kepala seperti batu!”
Ucapan pemuda itu tak bisa ditarik lagi. Seketika Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar di candi Prambanan. Demikian juga anak-anak dara di sekitar Prambanan dikutuk oleh Bandung Bandawasa dengan ucapan: ”Kalian telah membantu Roro Jonggrang berbuat curang maka jangan sampai ada orang yang isteri sebelum gadis-gadis di sini mencapai umur tua.
Candi yang dibuat oleh para makhluk halus, meskipun jumlahnya belum mencapai seribu disebut Candi Sewu yang berdekatan dengan Candi Roro Jonggrang. Maka candi Prambanan disebut juga candi Roro Jonggrang.
Sedangkan gadis-gadis di daerah itu kebanyakan tidak laku kawin sebelum mencapai umur tua, atau sebelum mereka pindah ke tempat lain.



DONGENG PUTRI TIMUN EMAS


DONGENG PUTRI TIMUN EMAS
Alkisah hiduplah seorang perempuan pada zaman dahulu. Mbok Sirni namanya. Dia telah menjanda. Sejak masih bersuami, Mbok Sirni sangat menghendaki mempunyai anak. Namun, hingga suaminya meninggal dunia, belum juga dikaruniai seorang anak. Meski demikian, keinginan Mbok Sirni untuk mempunyai anak terus bergelora. Dia berharap ada seseorang yang baik hati memberikan anak kepadanya. Anak yang akan dirawatnya hingga akhirnya dapat membantu ia bekerja.
Pada suatu hari seorang raksasa datang menemui Mbok Sirni. Mbok Sirni sangat ketakutan akan dimangsa raksasa yang terlihat sangat menyeramkan tersebut. “Tuan raksasa” kata Mbok Sirni dengan tubuh gemetar. “jangan engkau memangsaku. Aku telah tua, tubuhku tidak lagi enak untuk kau mangsa”. Lalu raksasa itu menjawab “sama sekali aku tidak ingin memangsamu, justru aku ingin memberimu sesuatu” sahut si Raksasa. Dia memberikan biji – biji tanaman mentimun kepada Mbok Sirni seraya berujar “tanamlah biji – biji mentimun ini, niscaya engkau akan mendapatkan apa yang kau kehendaki selama ini”.
Si Raksasa berpesan kepada Mbok Sirni agar tidak menikmati hasil dari biji mentimun pemberiannya itu, melainkan hendaknya berbagi dengannya sebagai ucapan terima kasih Mbok Sirni kepadanya.
Mbok Sirni setuju dengsn pesan si Raksasa. Dia lantas menanam bibit – bibit mentimun itu dihalaman rumahnya. Bibit mentimun itu sangat cepat tumbuh. Hanya berselang beberapa hari kemudian bibit tanaman mentimun itu telah tumbuh dan juga berbuah. Buah – buahnya sangat besar. Di antara buah –buah itu terdapat satu buah yang sangat besar. Warnanya kekuningan yang berkilauan seperti emas saat terkena cahaya matahari.
Mbok Sirni mengambil buah yang paling besar itu dan membelahnya. Mbok Sirni sangat terkecut bercampur gembira ketika mendapati bayi perempuan yang cantik didalam buah mentimun emas tesebut. Mbok Sirni sangat bersyukur karena doa dan keinginannya selama ini untuk memliki anak dikabulkan oleh Tuhan. Dia lantasa member nama bayi cantik itu dengan nama Timun Emas. Mbok Sirni merawat TimunEmas dengan baik hingga Timun Emas tumbuh menjadi anak yang sehat dan semakin terlihat kecantikannya. Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emasa, begitu juga sebaliknya.
Beberapa waktu kemudian, Mbok Sirni kembali bertemu dengan Raksasa yang dahulu memberinya bibit mentimun. Si Raksasa memintanya memenuhi janjinya untuk memagi hasil biji mentimun ajaib dengannya. Sesungguhnya Mbok Sirni sangat tidak rela jika harus membagi anak kesayangannya dengan Raksasa. Dia juga bingung bagaimana cara membagi anak gadisnya Timun Emas. Untungnya si Raksasa masih berbaik hati dengan mengijinkan Timun Emas untuk tinggal bersama Mbok Sirni. Setelah Mbok Sirni mengungkapkan kebingungannya, si Raksasa berkata “baiklah, gadis cantik itu boleh tinggal bersamamu sampai dengan umurnya yang ke 17. Setelah itu aku akan datang untuk memangsanya”. Mbok Sirni sangat gembira mendengar ucapan si Raksasa. Setidaknya masih cukup waktu baginya memikirkan cara bagaimana agar anak gadis kesayangannya Timun Emas tidak dimangsa oleh si Raksasa.
Walaupun sedikit bergembira karena masih ada waktu baginya hidup bersama Timun Emas, namun dalam hati Mbok Sirni tetap dipenuhi kekhawatiran. Timun Emas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Sifat dan perilakunya yang baik menambah rasa saying Mbok Sirni kepadanya. Dia taat dan penurut, rajin pula, dia membantu kerepotan Mbok Sirni yang telah dianggapnya sebagai ibu kandung. Aneka pekerjaan dirumah Mbok Sirni dikerjakannya dengan baik. Dia memasak, mencuci, menyapu, dan juga turut bersama Mbok Sirni mencari kayu bakar di hutan. Tidak berlebihan rasanya jika Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas dan mengganggapnya sebagai anak kandung.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu, Mbok Sirni menjadi sangat cemas jika teringat janjinya pada si Raksasa. Sungguh sangat tidak rela dia jika anak gadis kesayangganya akan dimangsa si Raksasa.
Pada suatu malam Mbok Sirni bermimipi. Dalam impiannya itu dia harus menemui seseorang pertapa sakti yang berada di gunung Gundul jika menghendaki anaknya selamat. Keesokan harinya Mbok Sirni menuju Gunung Gundul. Dia berjumpa dengan seorang pertapa. Dia meminta tolong kepada pertapa agar anaknya dapat terbebas dari si Raksasa, sang pertapa memberikan satu biji bibit tanaman mentimun, jarum. Sebutir garam, dan sepotong trasi kepada Mbok Sirni “berikan semua itu kepada anakmu. Niscaya dia akan selamat dari Raksasa yang hendak memangsanya” kata sang pertapa. Sang pertapa menjelaskan cara menggunakan benda – benda pemberiannya itu. Setelah megucapkan terimakasih, Mbok Sirni bergegas kembali pulang ke rumah. Diberikannya benda – benda dari pertapa kepada Timun Emas.
Hanya berselang beberapa hari setelah itu, si Raksasa pergi menuju Mbok Sirni. Keinginannya untuk memangsa Timun Emas sudah tidak dapat dibendung. Jarak ke rumah Mbok Sirni masih cukup jauh, namun dia sudah berteriak – teriak “hai perempuan tua!!!!! Lekas engkau serahkan anakmu itu untuk ku mangsa secepatnya”. Mbok Sirni keluar dari rumahnya dan meyahut “Tuan Raksasa, anakku telah menuju hutan tempat tinggalmu. Dia siap untuk engkau jadikan santapan. Si Raksasa melihat Timun Emas berlari di kejauhan. Tanpa menunggu lebih lama, si Raksasa mengejar Timun Emas. Air liur si Raksasa menetes – netes karena telah menguat keinginannya untuk secepat mungkin menyantap Timun Emas. Timun Emas telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk dapat berlari kencang. Namun, langkah kaki si Raksasa yang lebar dan cepat membuat jarak antara Timun Emas dan Raksasa semakin dekat. Melihat Si Raksasa sebentar lagi akan menangkapnya, Timun Emas lantas melemparkan satu bibit mentimun. Keajaiban terjadi, seketika bibit mentimun itu berubah menjadi tanaman mentimun yang sangat lebat dan banyak sekali buahnya. Terlihat menggiurkan sekali buah – buahan mentimun itu. Si Raksasa dengan rakus langsung melahap buah – buah mentimun ajaib itu.
Namun, ternyata sekian banyak buah mentimun belum memuaskan perut raksasa yang rakus. Dia kembali mengejar Timun EMas yang sudah berlalu cukup jauh. Semakin lama Timun Emas pun kembali akan disusul si Raksasa. Melihat posisinya yang semakin dekat kembali dengan si Raksasa, Timun Emas lalu melemparkan jarum yang dibawanya. Keajaiban kembali terjadi. jarum yang dilemparkannya berubahmenjadi pohon bamboo yang sangat lebat. Batang – batang pohon bamboo itu tinggi dan tajam. Si Raksasa awalnya sangat sulit melewati hutan bamboo yang seperti pagar, menghalangi dirinya. Namun dengan ganas si Raksasa mencabuti pohon – pohon bamboo yang menghalanginya. Kedua kakinya yang tertusuk batang pohon bamboo tidak dipedulikannya. Dia kembali mengejar Timun Emas yang kembali menajuh. Timun Emas kemudian melempar segenggam garam yang dibawanya saat mengetahui si Raksasa kembali mendekat. Segenggenggam garam berubah itu menjadi lautan yang luas. Sehingga menjadi penghalanag antara Timun Emas dengan Raksasa. Keinginan si Raksasa untuk menyantap Timun Emas sudah begitu tinggi hingga dia pun berenang melintasi lautan luas itu. Dia berenang secepat yang ia bisa, walaupun itu sangat menguras tenaganya.
Si raksasa kelelahan ketika tiba didaratan sebrang laut, namun keinginannya untuk memangsa Timun Emas tidak surut. Dengan goyah dia mencoba mengeja Timun Emas. Timun EMas lantas melempar senjata terakhir yang dimilikinya yaitu sepotong trasi. Seperti keajaiban sebelumnya, sepotong trasi itu berubah menjadi lumpur hisab yang sangat luas. Si Raksasa yang terus mengejarnya kemudian terhisab lumpur. Meski telah mengeluarka seluruh tenaganya, si Raksasa tidak berdaya menghadapi kekuatan lumpur hisab, tubuhnya terus tenggelam terhisab masuk kedalam bumi. Jeritan dan raungan si Raksasa membahana memenuhi langit, namun tidak ada yang bisa menolongnya. Si Raksasa akhirnya menemui kematian setelah seluruh tubuhnya terhisab masuk kedalam lumpur.
Timun Emas selamat. Dia mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah terbebas dari si Raksasa bengis yang suka memangsa manusia. Dia lantas memangsa ke rumahnya untuk menemui Mbok Sirni. Betapa gembira dan bahagianya Mbok Sirni mendapati Timun EMas selamat. Mbok Sirni dapat hidup tenang bersama Timun EMas tanpa khawatir harus menyerahkan Timun Emas kepada Raksasa. Begitu pula halnya dengan Timun EMas. Dia hidup tenang dengan Mbok Sirniyang telah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri. Mereka pun hidup bahagia bersama.

Pesan Moral:
“Jika menghadapi masalah hendaklah kita berusaha sekuat tenaga untuk berusaha mengatasinya. Jangan lupa untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan. Karena Tuhanlah maha penentu segalanya yang terjadi di dunia ini. “

DONGENG MISTIS GUNUNG SINDORO


DONGENG GUNUNG SINDORO
Jejak Legenda Nyai Makukuhan di Gunung Sindara, Temanggung, Jawa Tengah
Menurut cerita Mbah Merta (99 tahun), salah satu sesepuh warga Gandasuli, dusun yang ada di kaki Gunung Sumbing, Sang Makukuhan setelah meninggal dimakamkan di Kedu. Kemudian makamnya dipindahkan ke Dukuh Suman, dan dipindahkan lagi di puncak Gunung Sumbing, sedangkan makam Nyai Makukuhan berada di puncak Gunung Sindara.
menurut catatan Smithsonian Institution Gunung Sindara atau Sindoro di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pernah meletus pada tahun 1720. Saat itu luncuran semburan awan panas dan material sampai sejauh 13 km dari puncak. Mungkin letusan tahun 1720 itu yang menenggelamkan Situs Liyangan Purbasari yang belum lama ini kembali ditemukan keberadaannya setelah dilakukan penggalian tahun 2010. Bisa jadi pula situs itu terbenam karena letusan hebat yang pernah terjadi pada tahun sebelumnya.
Pasalnya, Prasasti Rukam yang dikeluarkan oleh Dyah Balitung tahun 907 M menyebut adanya letusan gunung yang mengakibatkan rusaknya Dusun Rukam yang termasuk wilayah ibukota. Menilik tempat ditemukannya prasasti di Desa Petarangan daerah pertemuan antara kaki Gunung Sindara dan Sumbing, letusan gunung yang dimaksud bisa jadi adalah letusan Gunung Sumbing, bisa juga letusan Gunung Sindara. Dua gunung yang berdekatan itu dianggap suci pada zaman Mataram Lama.
Nama Gunung Sindara itu disebut dalam prasasti pada bagian sepata atau sumpah kutuk bagi yang melanggar. Gunung yang menyimpan legenda Nyai Makukuhan dalam bayang asap sulfatara. Legenda yang masih berhembus luas di kalangan warga, pula bagi para peminat laku budaya tradisi lama yang datang berkunjung setiap malam 1 Sura. Namun siapakah sejatinya Nyai Makukuhan itu?
salah seorang pewaris tradisi budaya berdoa di candi Situs Liyangan Purbasari Ngadirejo,
di lereng Gunung Sindoro
Dalam Tantu Panggelaran, kitab sastra yang ditulis oleh seorang pujangga di Kapujanggan Kutritustan pada paruh pertama abad XVI, diceritakan tentang keadaan tanah Jawa pada masa lampau. Pada zaman kadewatan, zaman para dewa turun ke Tanah Jawa memberi aneka macam pelajaran.
Begini ceritanya. Syahdan Bathara Guru mengutus sekalian dewa turun ke Tanah Jawa. Hyang Brahma turun menjadi tukang pande besi. Hyang Wishwakarma turun menjadi ahli bangunan. Hyang Ishwara turun menjadi guru bahasa. Hyang Mahadewa turun menjadi tukang pande mas.
Sementara itu Bhatara Wishnu turun ke dunia dan menjelma menjadi Sang Kandyawan. Permaisurinya Bhatari Sri menjelma menjadi Sang Kanyawan. Mereka tinggal di Medang Gana yang kala itu sudah berpenghuni. Kehadirannya tiada lain untuk mengajari warga menenun, memakai pakaian dodot, berselendang, dan sebagainya.
Menurut yang empunya cerita selama bertahta di Medang Gana, Sang Kandyawan berputra lima orang. Si sulung diberi nama Sang Makukuhan, kemudian Sang Sandanggarba, Sang Katunglaras, Sang Karungkalah dan si bungsu Sang Wertikandayun.
Para petani menanam padi. Mereka diyakini sebagai penerus Nyai Makukuhan,
yang mengajarkan bercocok tanam
Tak lama berselang turunlah empat kendaraan Bhatari Sri berupa burung yaitu burung kitiran, puter, wuru-wuru sepang, dan dara wulung. Burung-burung itu turun membawa biji-bijian yang disimpan dalam temboloknya. Burung tersebut dikejar-kejar oleh para putra sampai warung, dan setelah tertangkap dilukai oleh Wertikandayun.
Dari tembolok burung kitiran keluar biji putih, dari dara wulung keluar biji hitam, dari wuru-wuru sepang keluar biji merah dan dari puter keluar biji kuning. Baunya semerbak mewangi. Girang hati para putra. Biji kuning dimakan sedikit demi sedikit sampai habis oleh kelima putra Sang Kandyawan. Itulah yang jadi penyebab sampai saat ini tak ada biji-bijian berwarna kuning. Yang tersisa hanya kulitnya saja. Kulit biji kuning oleh Sang Makukuhan ditanam dan tumbuh menjadi kunyit. Sementara biji putih, merah dan hitam ditanam juga oleh Sang Makukuhan, yang sampai saat ini membuahkan hasil berupa aneka biji-bijian berwarna merah hitam dan putih.
Setelah anak-anak itu dewasa Sang Kandyawan dan Sang Kanyawan berkehendak meninggalkan kelima anaknya, dan berharap putranya mau menggantikan kedudukannya sebagai penguasa di Medang Gana. Tapi tak ada satu putranya pun yang mau. Untuk menentukan siapa calon pengganti, mereka membuat undian dari daun ilalang. Barang siapa mencabut daun ilalang yang bersimpul, dialah yang harus menggantikan kedudukan ayahnya.
Mereka pun satu per satu mencabut ilalang mulai dari si sulung disusul oleh adik-adiknya. Ilalang bersimpul ternyata diambil oleh Sang Wertikandayun. Itu berarti dialah yang bakal meneruskan tahta kerajaan Medang Gana. Sementara itu yang lain bersepakat dalam tugas lainnya. Sang Karungkalah menjadi jagal, menyediakan sekalian daging. Sang Katunglaras menjadi penyadap, menyediakan jenis minuman. Sang Sandanggarba menjadi pedagang, menyediakan kebutuhan sandang. Sang Makukuhan menjadi petani, menyediakan kebutuhan pangan.
Selama menyediakan pangan Sang Makukuhan dibantu oleh Nyai Makukuhan, istrinya, yang dengan setia menemani sampai akhir hayatnya.
Menurut cerita Mbah Merta (99 tahun), salah satu sesepuh warga Gandasuli, dusun yang ada di kaki Gunung Sumbing, Sang Makukuhan setelah meninggal dimakamkan di Kedu. Kemudian makamnya dipindahkan ke Dukuh Suman, dan dipindahkan lagi di puncak Gunung Sumbing, sedangkan makam Nyai Makukuhan berada di puncak Gunung Sindara.
Letak makam Nyai Makukuhan berada di sebelah kanan jalan naik dari lajur Kledhung. Ini jalur pendakian termudah yang disukai para pendaki dan para pewaris tradisi budaya yang masih setia melestarikan legenda Nyai Makukuhan di tengah arus modernitas. Semoga tetap lestari, karena legenda Nyai Makukuhan menjadi salah satu pilar kearifan lokal yang ikut menjaga kelestarian kawasan Gunung Sindaro

DONGENG PUTRA LUTUNG KASARUNG


DONGENG SANG LUTUNG KASARUNG
Hari ini Prabu Tapa Agung mengumumkan suatu hal yang penting."Saudara-saudara, aku akan menyerahkan kekuasaanku pada salah satu putriku.Aku harap kalian semua mendukung keputusanku ini.Hormati ia seperti kalian menghormatiaku," titahnya.Purbararang, si Putri Sulung tersenyum, "Ayah pasti menyerahkan kekuasaannya padaku. Bukan kah aku putrid sulungnya? Dan tentu saja aku yang paling cantik"
Prabu Tapa Agung melanjutkan perkataannya."Kekuasaanku akan ku berikan pada Purbasari, putrid bungsuku.Aku yak ini amampu memimpin negeri ini dengan baik."Purbararang terkejut. Iatak percaya dan sangat kecewa pada keputusan itu. Dia tidak menyangka ayah anda nya akan memilih Purbasari sebagai Ratu.
Keesokan harinya, Purbararang pergi menemui nenek sihir yang dikenal sangat sakti. Ia menceritakan semuanya pada nenek sihir. "Aku ingin nenek mencelakai adikku. Akulah  yang seharusnya menjadi ratu," kata Purbararang. "Ha... ha... ha.... Putri Cantik, hatimu benar-benar dengki. Aku suka dengan orang  sepertimu.Jangan khawatir, aku akan membantu mewujudkan keinginanmu. Pulanglah, dan lihat apa yang terjadi pada adikmu esok hari," jawab si Nenek Sihir.
Keesokan paginya, terdengar teriakan dari kamar Purbasari."Tolongg... tolonngg... ada apa denganku?"
"Astaga anakku! Apa yang terjadi denganmu?" teriak Prabu Tapa Agung ketika melihat putrinya.Penampilan Purbasari sungguh mengerikan.Seluruh tubuhnya berbintik-bintik hitam, dan sebagian diantaran ya mengeluarkan darah.Bau tak sedap juga menguap dari tubuhnya.Purbararang tertawa dalam hati."Sakti juga nenek sihir itu," pikirnya."Ayah, jangan-jangan ini wabah penyakit menular? Ayah harus cepat-cepat mengasingkannya," kata Purbararang pada ayahnya.
"Ayah, jangan asingkan aku.Izinkan aku untuk tetap tinggal disini," ratap Purbasari.Purbararang menatap nya sinis, "Jika kau memang orang yang baik, kau harus mengalah.Tinggalah di hutan sana dan jangan menulari kami," katanya.
Prabu Tapa Agung mulai bimbang.Ia tak tega pada Purbasari, namun bagaimana jika Purbararang benar? Dengan terpaksa, beliau meminta Purbasari untuk mengasingkan diri di hutan sampai penyakitnya sembuh.Dalam hati, Purbararang bertepuk tangan mendengar perintah ayahnya itu."Purbasari tak mungkin sembuh, Ayah," katanya dalam hati.
Di pengasingan, Purbasari tinggal di sebuah rumah yang dibangun oleh Paman Patih untuknya.Sehari-hari, Purbasari sering ditemani oleh seekor kera berbulu hitam.Kera itu bernama Lutung Kasarung.Karena telah akrab, Purbasari menceritakan kisahnya pada Lutung Kasarung.Lutung Kasarung menjadi iba padanya, ia bertekad untuk membantu Purbasari. Ya, Lutung Kasarung sebenarnya adalah kera yang sakti.
Suatu malam, Lutung Kasarung pergi bertapa.Ia memohon bantuan dewa untuk menyembuhkan penyakit Purbasari. Tiba-tiba, tanah di sekitarnya mengeluarkan air.Semakin lama, air itu semakin banyak dan akhirnya menyerupai telaga kecil.Airnya sangat jernih, dan anehnya, air itu berbau harum seperti bunga. Lutung Kasarung menghentikan pertapaannya.Ia merasa dewa telah menjawab doanya melalui telaga itu. Keesokan paginya, Lutung Kasarung mendatangi Purbasari.Ia menarik-narik tangan Purbasari kearah telaga. "Wow... indah sekali telaga ini. Mengapa aku tak pernah melihatnya?" Tanya Purbasari takjub. Bau harum semerbak telaga itu menggoda Purbasari untuk mandi."Aku mandi duluya, kau jangan kemana-mana," kata Purbasari.
Lutung Kasarung pun mengangguk dengan semangat.Dalam hati ia berkata, "Semoga kau sembuh dari kutukan yang menimpa mu wahai putrid Purbasari. Aku yakin setelah mandi nanti cantikanmu kembali,  Purbasari."
Selesai mandi, Purbasari tanpa sengaja melihat wajahnya di pantulan  air telaga.Ia terkejut. "Wajahku!Wajahku kembali bersih," teriaknya.Purbasari melihat tangan, kaki, dan seluruh tubuhnya, semua bintik hitamnya hilang! Purbasari bersorak gembira, "Terimakasih Dewa, tubuhku sudah kembali seperti dulu lagi."Lutung Kasarung lega, dalam hati ia juga berterima kasih kepada para dewa.
Beberapa hari kemudian, Purbararang berkunjung kehutan untuk memastikan keadaan Purbasari, ia ditemani Indrajaya kekasihnya. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Purbasari kembali cantik. "Lihat Kak, aku sudah sembuh dari penyakitku. Aku akan pulang ke istana. Kakak kesini untuk menjemputku, kan?" Tanya Purbasari riang. Purbararang mendengus kesal."Tidak, aku tak mau kau kembali ke istana!Akulah yang membuatmu terkena penyakit kulit itu.Aku tak mau kau merebut takhta kerajaan dariku!" bentaknya.Purbasari terpana mendengar perkataan kakaknya, "Mengapa Kakak tega sekali padaku?" tanyanya.
"Jika kau ingin kembali ke istana, kau harus mengalahkan ku.Hanya yang menang yang boleh kembali ke istana," kata Purbararang lebih Ianjut.Purbararang mengurai rambutnya, "Jika rambutmu lebih panjang, kau boleh kembali ke istana."Apa boleh buat, Purbasari pun mengikuti kemauan kakaknya. Namun setelah diukur oleh Indrajaya, ternyata rambut Purbasari yang lebih panjang.Purbararang gusar, ia tak ingin kalah dari Purbasari. Tiba-tiba ia mendapat akal. "Pertandingan belum usai.Sekarang, siapa yang memiliki kekasih yang paling tampan, ia yang  berhak kembali ke istana," katanya.Purbararang yakin, kali  ini ia akan menang. Ia tak melihat
Seorang pria pun di hutan itu kecuali seekor kera yang buruk dan berwarna hitam. Purbasari kebingungan. Di hutan ini tak ada manusia lain kecuali dirinya, dari mana ia mendapatkan kekasih? Tiba-tiba Lutung Kasarung menarik-narik bajunya dan meloncat-loncat.Sepertinya ia hendak mengatakan, "Aku ia ku sebagai kekasihmu."
Purbasari pun menurut."Ini adalah kekasihku," katanya sambil menggandeng tangan Lutung Kasarung.Purbararang tertawa keras."Ha... ha... terlalu lama tinggal di hutan membuatmu jadi menyukai kera?Maaf saja, Indrajaya tentu Iebih tampan dari kera hitam yang jelek ini," ejeknya.
Lutung Kasarung duduk bersila dan berdoa kepada dewa.Keajaiban terjadi lagi.Seberkas sinar putih muncul di sekitar Lutung Kasarung.Sinar putih itu perlahan-lahan pudar seiring dengan hilangnya sosok Lutung Kasarung.Sosoknya kernudian digantikan oleh seorang pemuda yang sangat tampan.Ke tampanannya jauh melebihi Indrajaya.Purbararang terkejut.Iatak menyangka bahwa Lutung Kasarung adalah jelmaan dari seorang pria yang tampan.
Purbararang tertunduk lesu.Ia harus mengaku kalah. "Ternyata kau memang pantas menjadi ratu.Kembalilah ke istana, Ayah pasti senang melihatmu lagi," kata Purbararang Iirih. Purbasari tersenyum, "Ikutlah denganku, Kak.Meskipun Kakak kalah, kau tetaplah kakakku.Aku tak mau Kakak tinggal di hutan ini."Purbararang memeluk adiknya."Maafkan aku... kau sungguh berhati mulia.Ayah benar-benar tak salah pilih."Mereka semua kembali ke istana dan disambut gembira oleh Prabu Tapa Agung.
Lutung Kasarung yang telah berubah menjadi pria tampan pun ikut serta.Seperti rencana semula, Purbasari diangkat menjadi ratu untuk menggantikan ayahandanya.Ia lalu menikah dengan Lutung Kasarung dan memerintah kerajaan dengan adil dan damai.