Kamis, 17 Desember 2015

BUDAYA MISTIS HAMPATUNG


BUDAYA MAGIS HAMPATUNG
Hampatung atau patung dalam Budaya Suku Dayak bukan sekedar benda hasil kreatifitas seni semata. Namun, Hampatung juga diidentikkan sebagai benda magis dan nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya. Karena itulah teknik pembuatan Hampatung memiliki tata cara tersendiri sesuai adat budaya Suku Dayak yang tidak boleh dilanggar.
Sebelum membuat Hampatung, sang pembuat hampatung tersebut harus memikirkan terlebih dahulu hampatung yang akan dibuat berdasarkan fungsinya. Setelah itu mereka (orang yang membuat hampatung) mencoba mencari ilham, inspirasi atau petunjuk baik melalui mimpi, meramal atau dalam bahasa suku Dayak disebut Beramu (mencari kayu di hutan untuk membuat sebuah Hampatung) berdasarkan Petendo atau petunjuk alam.
Biasanya apabila ranting kayu jatuh tidak jauh dari dirinya apalagi jika jatuh di sebelah kanan maka dilihatlah sumber kayu itu sebagai bahan yang tepat untuk dibuat menjadi Hampatung. Tentunya juga, akan diperhatikan jenis dan kualitas kekuatan kayu serta kelenturan dan kemudahan saat dibentuk.

Saat mengambil kayu bahan Hampatung tersebut untuk dipotong biasanya akan diadakan Acara Manawur (menabur beras kuning) ke sekitar pohon sebagai bentuk permohonan ijin untuk mengambil kayu sebagai bahan dasar Hampatung. Bersamaan dengan itu juga, diucapkan hakekat manfaat pembuatan Hampatung tadi agar nilai magis ikut terkandung bersama pohon yang dipotong.

Selanjutnya diadakan pengukuran sebesar apa rencana Hampatung dibuat, sambil tetap memperhatikan hal magis yang ada baru setelah itu dilihat hakekat pembuatan dari Hampatung itu sendiri.

Bahan yang digunakan untuk membuat suatu Hampatung umumnya sering mengunakan jenis-jenis kayu seperti: Manang, Sungkapu (kayu pohon magis), Kajunjung, Busi, Tali dan lainnya. Adapun bentuk-bentuk Hampatung yang seringkali dibuat oleh warga Suku Dayak antara lain adalah Hampatung Karuhei, Penyang, Sapundu dan Luhing Munduk (Pahatan Sandung).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar