Minggu, 06 Desember 2015

BUDAYA ADAT KAMPUNG JALASWATU


BUDAYA KAMPUNG ADAT JALAWASTU
Budaya unik di suatu daerah yaitu Kampung adat Jalawastu, yang berada di lereng pegungungan di daerah Brebes. Adat di daerah ini masih sangat kental dan masih sangat menghargai alam sebagai pemberian sang pencipta. Gapura Selamat datang di  kampong Budaya Jalawastu.
Kampung adat Jala wastu merupakan sebuah komunitas adat masyarakat yang berada diantara lereng Gunung Kumbang d Gunung Sagara, Komunitas ini melestarikan sebuah tradisi Sunda. Lokasi tepatnya komunitas Jalawastu  di Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, KabupatenBrebes, Jawa Tengah. Secara geografis Desa Ciseureuh merupakan desa paling selatan dan salah satu dari 3 desa di KecamatanKetanggungan yang kebanyakan warganya menggunakan bahasa sunda. Akses untuk menuju Jalawastu masih berupa jalanan batu karena Jalawastu merupakan daerah pegunungan terjal.
Kampung adat Jalawastu dalam melestarikan budaya sudah pernah mendapatkan bantuan revitalisasi masyarakat sebesar Rp.480.000.000 dari Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Kabupaten  Brebes bersamaan dengan 132 masyarakat adat Indonesia lainnya.  Dengan bantuan tersebut masyarakat Jalawastu melakukan pengembangan balai budaya, pemagaran situs Gedong Pesarean, Pembangunan Gapura, dan pembangunan saung singgah untuk masyarakat sekitar. Pemerintah Brebes berharap dengan adanya Kampung Jalawastu dapatmelestarkan budaya sunda. Jalawastu merupakan cerminan dari kesadaran masyarakat akan keberagaman budaya dan tradisi di Kabupaten Brebes.
Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di Jalawastu seperti tradisi upacara Ngasa yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Upacara Ngasa dilakukan setiap Selasa Kliwon. Arti dari Ngasa sendiri berarti perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai pencipta alam. Batara memiliki ajudan yang mempunyai nama Burian Panutu, semasa hidupnya tidak Pernah makan nasi dan laukpauk yang bernyawa ,hal ini untuk menunjukan kebaktiannya kepada Batara, menurut Dastam selaku ketua adat di Jalawastu. Upacara Ngasa telah dilakukan oleh warga secara turun menurun D ari ratusan tahun yang lalu, upacara ini pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Bupati Brebes XI Raden Arya CandraNegara .Upacara adat ini menunjukan rasa syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telahdiberikan. Hal ini hamper sama dengan adat yang di pantai yaitu sedekah laut, sedangkan untuk di darat dinamakan sedekah bumi dan untuk di daerah Jalawastu sendiri boleh dikatakan sedekahgunung.
Kehidupan di daerah Jalawastu cukup unik karena menurut penuturan pemangku adat setempat Bapak Dastam, Masyarakat Jalawastu pantang makan nasi beras dan laukdaging atau ikan. Makanan pokok di tempat ini adalah jagung yang ditumbuk halus sebagai lauk dan lalapan seperti dedaunan, umbi-umbian, terong, pete, sambaldan daun reundeu yang diyakini merupakan daun yang hanya dapat tumbuh di gunungkumbang. Masyarakat Jalawastu tidak menggunakan piring dan sendok yang terbuat
d aribahan kaca, melainkan menggunakan seng atau dedaunan. Rumah di daerah ini pun cukup unik karena tidak menggunakan semen dalam membangunnya melainkan hanya menggunakan kayu dan seng, karena masyarakat pantang untuk menggunakan semen.  Satu hal lagi yang unik dari daerah ini ,masyarakat pantang untuk menanam bawang merah dan kedelai serta memelihara kerbau, domba dan angsa, karena menurut pemangku adat setempat apabila ada yang melanggar maka akan mendapat mala petaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar