BUDAYA KARANG KAMULYAN
Pagi itu sinar mentari
begitu tajam menerpa setiap celah pepohonan yang rimbun dan menerangi jalanan
dan dinding bangunan kerajaan yang nampak kokoh ini merupaka sebuah kerajaan
yang berdiri yang lebih tua daripada Majapahit yang waktu itu masih belum
berdiri, masyarakat yang tentram penuh kedamaian tercipta di daerah ini yang
merupakan pusat pemerintahaan kerajaan Galuh dekat CIAMIS yang disebut dengan
“KARANG KAMULYAN” yang berarti Tempat yang mulia, yang banyak disinggahi dan dijadikan
sumber kejayaan negeri galuh pada waktu itu.
Kerajaan galuh ini
sangat luas kekuasaannya membentang dari Ujung Kulon,Ujung Barat Jawa sampai ke
Ujung Galuh yaitu saat ini adalah muara sungai berantas Surabaya. Raja yang
memerintah pada waktu itu adalah Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana
Dikusumah, masyarakat begitu makmur dan sejahtera tidak ada permasalahan yang
sangat rumit karena setiap permasalahan pasti di pecahkan dan di tengahi oleh
sang prabu dengan sangat bijaksananya sehingga sangat di cintai oleh masyarakat
galuh, sang prabu memiliki dua permaisuri yang pertama adalah Dewi Naganingrum
dan Dewi Pangrenyep. Setelah beberapa waktu sang Prabu mendapatkan petunjuk
bahwa dia harus melakukan Tapa Brata dan meninggalkan istana namun hatinya bimbang
siapa yang harus menggantikannya sebagai raja selama dia pergi bertapa,
akhirnya kembali mendapat petunjuk dan melihat dari kesaktiannya bahwa dia
harus memanggil Patihnya ke istana yaitu patih Aria Kebonan, maka sang prabu
memerintahkan prajuritnya agar memberitahukan bahwa dia ingin bertemu di
istana.
Setelah beberapa waktu
nampak Patih Aria Kebonan dengan langkah tegapnya menuju pendopo istana untuk
menemui sang prabu yang tadi berkata melalui prajurit ingin bertemu di pendopo
istana, sekaligus dia juga ingin melaporkan tentang keadaan kerajaan .
ketika sesampainya di pendopo istana dia duduk bersila sambil menunggu
sangprabu datang, ia memandang kesebagian penjuru istana nampak para pelayan
tengah sibuk mondar mandir dan para prajurit yang sedang menjalankan tugas
pengamanan, sesekali ia di hormati dan disapa oleh para prajurit yang melihat
dia duduk disana, disela-sela pandangannya itu tanpa sadar dia terbawa bujuk
rayu setan sehingga dia mempunyai pikiran betapa enaknya menjadi seorang raja
apapun akan dipenuhi takan ditolaknya, ketika pikirannya semakin melambung
dengan hayalannya tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara yang memanggilnya dan
berkata “ Aria Kebonan, apakah benar kau ingin menjadi raja ..?”… sang
Prabu mengetahui karena di anugrahi kesaktian yang cukup tinggi. Aria kebonan
merasa tercengang dan kaget mendengar perkataan raja sehingga membuyarkan apa
yang sedang ia renungkan tadi, dia terdiam sejenak mukanya tertunduk tak berani
sedikitpun menengadah melihat muka sang prabu dan
berkata “ Tidak yang
Mulya , saya tidak berani dan takan bisa .”
“ Jangan
Berbohoong, Arya Kebonan ..Aku tahu itu..” raja sedikit keras nadanya
karena Aria Kebonan sedikit berbohong,
“Maaf , Yang Mulya..
saya hanya berfikir sejenak saja “.., “Yah aku akan membuat engkau menjadi raja
selama aku pergi Bertapa , engkau akan menjadi raja dan memerintah dengan
benar …tapi kamu tidak boleh tidur dengan kedua istriku, Dewi Pangrenyep dan
Dewi Naganingrum sebagai istrimu “
“Ba,,baik Yang
Mulya” perkataannya sedikit tertahan karena dia tidak berani berfikir yang
macam-macam sehingga sang prabu mengetahui kembali apa yang dibicarakan dalam
hatinya. Sang prabu berkata kembali seraya memegang kedua pundak Aria Kebonan
agar bangkit dari duduknya ,” Aku akan merubah kamu menjadi seorang Pria yang
gagah dan berwibawa dengan penampilan menyerupai ku .. beritahu kepada semua
orang dan masyarakat bahwa aku telah muda kembali dengan kesaktianku dan kamu
akan bergelar menjadi Prabu Brama Wijaya, sementara aku akan pergi bertapa
ketempat rahasia yang tak seorangpun mengetahui. Dengan demikian kau akan
menjadi Raja”…
Setelah sang Prabu
merubah penampilan dan bentuk sang Arya Kebonan maka meninggalkan istana untuk
bertapa, sedangkan Arya kebonan melakukan titah sang prabu untuk mengaku
dirinya yang lebih muda karena kesaktiannya, dan berganti nama menjadi Prabu
Brama Wijaya, masyarakat mempercayai hal tersebut karena memang sang prabu
telah terkenal dengan kesaktiannya. Hanya ada yang tidak percaya dia adalah
Batara Lengser yang mengetahui perjanjian antara Raja dan patih tersebut karena
dia tak sengaja mendengarkan ucapan kedua Raja dan Patih tersebut, Prabu Brama
Wijaya menjadi sangat bangga bahkan menghina Batara Lengser yang tidak mampu
berbuat apa-apa, dan memperlakukan para permaisuri dengan kasar, kedua
permaisuri tersebut sebetulnya telah mengetahui sehingga dia berpura-bura
ketika dihadapan para masyarakatnya. Kejadian tersebut terus berlangsung
sehingga keadaan istana menjadi kurang harnonis .
Waktu terus bergulir
Prabu Brama Wijaya semakin berulah dengan kekuasaannya sehingga benar-benar
semua dijadikan budaknya, dia lupa kan perjanjian dia kepada sang Raja karena
telah dibutakan dengan tahta dan jabatan yang selam ini ia inginkan, suatu
malam kedua Permaisuri mendapatkan petunjuk lewat mimpinya bahwa ada Cahaya
seperti bulan menghampiri mereka. Mereka melaporkan hal ini itu kepada Prabu
Brama Wijaya, sesaat setelah bercerita maka munculah Batara lengser dan
mengusulkan untuk mengundang seorang pertapa yang disebut Ajar Sukaresi yang
tidak lain adalah sang Prabu Permana Dikusumah yang waktu itu akan bertapa
untuk menjelaskan mimpi yang bisa dikatakan aneh tersebut. Prabu Brama Wijaya
setuju dan memanggil petapa tersebut dating keistananya untuk menjelaskan arti
mimpi tersebut, ketika berhadapan dengan sang Prabu dia tidak menyadari bahwa
yang dihadapannya itu adalah raja yang sah yaitu Prabu Permana Dikusumah, lalu
ia bertanay “ Hai petapa .. apa arti dari mimpi istri-istri ku ini.?” Sang
petapa tersenyum dan berkata ..”Kedua Permaisuri mengharapkan seorang anak yang
mulia”…sang Prabu Brama Wijaya sedikit terkejut lalu ada rasa ingin tahu
seberapa jauh pertapa ini berani berbohong padanya lalu ia bertanya “ apakah
anak-anak mereka perempuan atau laki-laki?”..maka kembali pertapa ini berkata ‘
semuanya anak laki-laki Yang Mulia”.. sebenarnya sang Prabu Brama Wijaya tidak
ingin kekuasaannya jatuh kepada anak yang dikandung oleh kedua istri Prabu
Permana Dikusumah , maka dengan cepat dia mengambil sebuah keris dan
menghujamkan kepada tubuh sang petapa tersebut tapi gagal yang ada keris
tersebut bengkok tak sedikitpun terluka, maka sang petapa tersebut berkata
“apakah sang Prabu menginginkan kematian saya..” dengan mengankat tangannya
yang memegang keris yang tadi tidak mempan di tubuhnya sang pertapa berkata
kembali “ jika begitu saya akan mati di depan Yang Mulia”.. maka sesaat itu
tembuslah tubuhnya oleh keris tersebut yang tadi tak sedikitpun melukainya,
dengan masih keadaan kesal dan merasa dipermalukan oleh pertapa bahwa ilmunya
masih rendah.. dengan marahnya dia melempar tubuh sang petapa yang tiada lain
Prabu Adimulya Shangyang Cipta Permana Dikusumah tersebut kehutan, dan setelah
di lempar kehutan ia menjelma menjadi seekor naga yang disebut Nagawiru,
sesuatu memang sangat aneh dan ajaib, kedua Permaisuri itu benar-benar hamil.
Dan tak lama kemudian
Dewi Pangrenyep melahirkan seorang Putra yang bernama Hariang Banga, suatu hari
sang Prabu Brama Wijaya melihat keadaan Dewi Naganingrum yang tengah hamil
tua.. dalam hatinya merasa ada sesuatu yang akan terjadi, maka ketika dia
beristirahat dan bermimpi anak yang didalam kandungan Dewi Naganingrum tersebut
berkata bahwa “Brama Wijaya kau telah melupakan semua janji-janjimu, maka
tunggulah kehancuranmu dan kekuasaanmu takan lama “.. peristiwa ini benar-benar
sangat mengganggu pikirannya sehingga dia ingin mencari cara menyingkirkan anak
tersebut yang masih didalam kandungan. Maka ia menghasut dewi Pangrenyep bahwa
kalau lahir anak itu ke istana ini maka tidak lain lagi bahwa bisa mengancam
tahta anaknya Hariang Banga untuk jadi raja karena anak yang lahir dari Dewi
Naganingrum lebih berhak menjadi raja. Dengan hasutan sang raja maka Dewi
pangrenyep menyusun rencana ketika kelahiran sang Dewi Naganingrum anaknya akan
ditukar dengan wujud binatang sehingga bisa di usir dari istana tersebut,
sebelum melahirkan Dewi Naganingrum di suruh di tutup matanya dengan alas an
takut banyak keluar darah dan dihawatirkan menganggu kesehatann san Dewi ,..
ketika Sang dewi terkulai lemas setelah melahirkan dia tidak sadar akan
yang dilakukan oleh Dewi Pangrenyep.. dia memasukan anknya kedalam keranjang
dan dihanyutkan ke sungai Citanduy, sedangkan dia membawa seekor anak anjing
dan diletakan di pangkuan dewi naganingrum, setelah mengetahui tersebut dewi
naganingrum sangat terkejut dan sangat terpukul dia merasa bukan anknya .., ini
tidak mungkin terjadi.. tapi apa dikata sang Prabu dan Dewi pangrenyep membuat
berita kebohongan kepada masyarakt bahwa dewi naganingrum melahrkan seekor anak
anjing, tapi sebagian masyarakat tidak ada yang percaya.
Brama Wijaya
memerintahkan hukuman mati kepada dewi naganingrum karena telah memalukan
istana, yang mendapat titah sang prabu adalah batara lengser yang harus
mengeksekusinya di hutan ,.. maka dengan siapnya batara lengser membawa dewi
kehutan , tapi setibanya dihutan ia membangun sebuah rumah untuk dewi
naganingrum dan kembali keistana dengan bukti baju berdarah bahwa sudah
membunug dewi naganingrum, yang aslinya itu adalah darah hewan, sang prabu
sangat senang dengan apa yang dilaporkan oleh batara lengser. Waktu
bergulir anak sang dewi yang dibuang kesungai Citanduy diketemukan oleh seorang
nenek dan kakek-kakek penangkap ikan , mereka merawatnya seperti anaknya
sendiri, waktu terus berputar tidak terasa anak tersebut sudah tumbuh menjadi
anak yang gagah dan ruapawan , pada suatu saat ia sedang bermain dan melihat
seekor burung yang tengah bertengger di atas ranting dan seekor monyet yang
sedang asik memakan buah pisang.. ia bertanya “ Burung apa itu dan monyet
apa itu ayah..?”.. maka sang kakek menjawab “itu adalah burung Ciung dan Monyet
itu adalah Wanara “ maka sang anak itu berkata “kalau begitu sekarang aku
adalah CIUNG WANARA”..
Setelah beranjak
menjadi seorang remaja ia bertanya” mengapa aku tidak seperti kebanyakan
anak-anak yang lain memangnya siapa aku” kakek dan nenek tersebut menceritakan
bahwa ciung wanara di temukan di atas keranjang yang hanyut dari negeri galuh,
maka ciung wanara bermaksud mencari siapa dia dan diman orang tuanya, sang
kakek yang mengurusnya memberikan sebuah telur yang dalam petunjuknya agar
ciung wanara pergi kehutan dan menetaskannya di hutan terserah dengan cara
apa,. Mendengar perintahnya itu maka ciung wanara pergi kehutan mencari unggas
jenis apa yang harus menetaskan telur tersebut , maka didalam hutan tersebut
dia bertemu jelmaan Prabu Permana Dikusumah yaitu Nagawiru dalam wujud ular
yang bisa berkata dan menawarkan untuk menetaskan telur tersebut .
Beberapa waktu
kemudian dengan cepatnya telur tersebut menetas menjadi anak ayam yang berbulu
indah dan tegap, anak ayam tersebut tumbuh dengan baik dan sehat, maka ciung
wanara memasukan anak tersebut kedalam keranjang dan melanjutkan perjalanannya
menuju galuh. Di ibukota galuh , sambung ayam merupakan sebuah olahraga besar,
baik raja dan rakyatnya menyukainya raja Brama wijaya memilikiayam jago yang
besar dan tidak terkalahkan bernama si Jeling. Dalam kesombongannya , ia
menyatakan bahwa ia akan mengabulkan keinginan apapun kepada pemilik ayam yang
bisa mengalahkan ayamnya si Jeling.
Saat tiba di Galuh
anak ayam Ciung Wanara sudah tumbuh menjadi ayam petarung yang hebat dan kuat.
Sementara ciung wanara sedang mencari pemilik keranjang yang waktu ia masih
bayi dimasukan kedalam keranjang tersebut, ia ikut bagian dalam turnamen
sambung ayam tersebut yang dilakukan dikerajaan. Ayamnya tidak pernah kalah ,
kabar tentang anak muda yang ayam jantannya selalu menang disambung ayam
akhirnya mencapi telinga sang Prabu Brama Wijaya yang kemudian memerintahkan
Batara lengser untuk menemukan anak tersebut . batara lengser ahirnya
mengetahui bahwa anak muda tersebut adalah anak dari dewi naganingrum yang
telah lama hilang setelah ciung wanara menunjukan keranjang yang dibawanya,
maka batara lengser menceritakan siapa dia dan bagaiman sikap sang raja pada
ibunya waktu itu, maka sang batara lengser mengajari ciung jika menang ayamnya
mintalah sebagian kerajaannya untuk ciung wanara.
Keesokan paginya
Ciung Wanara muncul didepan sang Prabu Brama Wijaya dan menceritakan apa
yang telah di usulkan lengser. Raja setuju karena dia merasa yakin akan
kemenangan ayamnya , dalam pertarungan berdarah ini akhirnya ayam Ciung Wanara
memenangkan pertarungan sehingga sang Prabu harus menepati janjinya karena
telah disaksikan oleh orang banyak dan para penduduknya.
Sekarang Ciung
wanara menjadi raja sebagian dari kekuasaan Prabu Brama Wijaya . Ciung wanara
mengatur siasat untuk menangkap sang Prabu dan Dewi Pangrenyep agar Terbongkar
keburukannnya bahwa telah berbuat semena-mena dan menjadi raja yang tidak adil
kepada masyarakatnya. Suatu hari Prabu Brama Wijaya diundang oleh Ciung
untuk dating memeriksa bangunan yang dibuatnya.. yang sebenarnya diperuntukan
untuk memenjarkan Prabu Brama Wijaya dan Dewi Pangrenyep. Dengan sedikit
strategi akhirnya dengan enaknya Prabu dan Dewi pangrenyep memasuki
ruangan tersebut dan seketika itu ditutuplah rapat-rapat ruangan tersebut ,
sang prabu berteriak dan meminta penjaga membukakan pintu ruangan tersebut
namun tidak ada yang mendengarkan karena memang selama ini para prajurit sudah
mengetahu kebusukan rajanya sendiri.
Lain tempat putra dewi
pangrenyep Hariang Banga, merasa sangat terpukul akan kabar ditangkap ibunya ,
maka ia melancarkan pemberontakan dengan mengumpulkan banyak baladtentara untuk
menyerang adiknya Ciung wanara, Hariang Banga merupakan pangeran yang kuat dan
tangguh, pertempuranpun tidak bisa di elakan lagi antara adik dan kakak terus
bertempur , sehingga Ciung Wanara berhasil mendorongnya ke daerah tepian sungai
Berebes, namun tetap peperangan tida bisa dikatakan ada yang menang atau kalah.
Didalam kemelut
peperangan ini dikisahkan munculah Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana
Dikusumah beserta istrinya Dewi Naganingrum bersama hadir dan didampingi
Batara Lengser melerai perseteruan itu dan menjelaskan kepada masyarakat apa
yang sebenarnya terjadi dengan suara lantangnya …
“Hariang Banga dan kau
Ciung Wanara !”… “Hentikan Peperangan ini..kalian berdua adalah saudara dan
kalian adalah anak-anaku yang akan memerintah negeri ini,.. Ciung Wanara kau digaluh
.. dan kau Hariang Banga kau di Timur sungai berebes buatlah Negara baru”
dengan penjelasan dari ayahnya maka berhentilah peperangan tersebut, Hariang
Banga membuat negeri baru bersama pengikutnya yanga merupakan Cikal bakal
berdirinya kerajaan di jawa seperti Majapahit dan banyak lagi, sedangkan Prabu
Brama Wijaya beserta Dewi Pangrenyep menjalani sisa hukumannya karena mereka
memang telah bersalah.
Kini kerajaan galuh
kembali menjadi tenang diatas pemerintahan Ciung Wanara yang bergelar Prabu Jayaprakasa
Mandaleswara Salakabuana dan Hariang Banga yang memerintah di daerah Jawa
dengan Gelar Jaka Susuruh, cahaya kembali menyelimuti kerajaan Galuh yang
mempunyai pusatnya di daerah KARANG KAMULYAN , seakan rembulan yang menyinari
dimalam hari kini benar benar terjadi , ketentraman dan kebahagian masyarakat
Galuh kembali tercipta yang sekian lama dirindukan .
Ciung wanara
memerintah antar tahun 739-783 Masehi sekitar 44 tahun dengan wilayah dari
Banyumas sampai Citarum Krawang. Dikawasan Karang Kamulyan yang berdiri kurang
lebih 25 Ha meninggalkan sisa-sisa kejayaan dan peradaban jaman batu
besar atau Megalitikum yang ditandai dengan adanya menhir dan dolmen yang
biasa disebut batu yang menyerupai pelataran seperti candi , dan dikuatkan dengan
sebuah mata air atau sumur sebagai sumber penghidupan waktu itu , yang diberi
nama sumur CIKAHURIPAN yang mempunyai arti air kehidupan , dan sumur ini akan
tetap ada airnya walaupun kemarau lama tanpa berkurang dan tanpa bertambah.
Dengan cerita ini bisa
kita ketahui bahwa tradisi orang sunda menuakan orang jawa telah terbuka bahwa
asal muasalnya kerajaan yang berdiri di daerah jawa seperti MAJAPAHIT merupakan
pengembangan dari jawa barat yaitu orang suku sunda, yang berada di kerajaan
Galuh , karena kerajaan Galuh merupakan kerajaan yang ada di Jawa barat sebelum
Majapahit berdiri. Yang dibawa oleh kakaknya Ciung Wanara yaitu Hariang
Banga alias Jaka Susuruh kedaerah Jawa bagian Timur.
Sampai sat ini cagar
budaya KARANG KAMULIAN dengan nama terkenalnya CIUNG WANARA tetap
terkenal di antara tempat wisata dikota Ciamis selepas masa kelamnya
ketika waktu itu, sekarang memberikan keberkahaan bagi para pedagang disekitar
area Cagar budaya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar