Minggu, 01 November 2015

DONGENG PUTRI TIMUN EMAS


DONGENG PUTRI TIMUN EMAS
Alkisah hiduplah seorang perempuan pada zaman dahulu. Mbok Sirni namanya. Dia telah menjanda. Sejak masih bersuami, Mbok Sirni sangat menghendaki mempunyai anak. Namun, hingga suaminya meninggal dunia, belum juga dikaruniai seorang anak. Meski demikian, keinginan Mbok Sirni untuk mempunyai anak terus bergelora. Dia berharap ada seseorang yang baik hati memberikan anak kepadanya. Anak yang akan dirawatnya hingga akhirnya dapat membantu ia bekerja.
Pada suatu hari seorang raksasa datang menemui Mbok Sirni. Mbok Sirni sangat ketakutan akan dimangsa raksasa yang terlihat sangat menyeramkan tersebut. “Tuan raksasa” kata Mbok Sirni dengan tubuh gemetar. “jangan engkau memangsaku. Aku telah tua, tubuhku tidak lagi enak untuk kau mangsa”. Lalu raksasa itu menjawab “sama sekali aku tidak ingin memangsamu, justru aku ingin memberimu sesuatu” sahut si Raksasa. Dia memberikan biji – biji tanaman mentimun kepada Mbok Sirni seraya berujar “tanamlah biji – biji mentimun ini, niscaya engkau akan mendapatkan apa yang kau kehendaki selama ini”.
Si Raksasa berpesan kepada Mbok Sirni agar tidak menikmati hasil dari biji mentimun pemberiannya itu, melainkan hendaknya berbagi dengannya sebagai ucapan terima kasih Mbok Sirni kepadanya.
Mbok Sirni setuju dengsn pesan si Raksasa. Dia lantas menanam bibit – bibit mentimun itu dihalaman rumahnya. Bibit mentimun itu sangat cepat tumbuh. Hanya berselang beberapa hari kemudian bibit tanaman mentimun itu telah tumbuh dan juga berbuah. Buah – buahnya sangat besar. Di antara buah –buah itu terdapat satu buah yang sangat besar. Warnanya kekuningan yang berkilauan seperti emas saat terkena cahaya matahari.
Mbok Sirni mengambil buah yang paling besar itu dan membelahnya. Mbok Sirni sangat terkecut bercampur gembira ketika mendapati bayi perempuan yang cantik didalam buah mentimun emas tesebut. Mbok Sirni sangat bersyukur karena doa dan keinginannya selama ini untuk memliki anak dikabulkan oleh Tuhan. Dia lantasa member nama bayi cantik itu dengan nama Timun Emas. Mbok Sirni merawat TimunEmas dengan baik hingga Timun Emas tumbuh menjadi anak yang sehat dan semakin terlihat kecantikannya. Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emasa, begitu juga sebaliknya.
Beberapa waktu kemudian, Mbok Sirni kembali bertemu dengan Raksasa yang dahulu memberinya bibit mentimun. Si Raksasa memintanya memenuhi janjinya untuk memagi hasil biji mentimun ajaib dengannya. Sesungguhnya Mbok Sirni sangat tidak rela jika harus membagi anak kesayangannya dengan Raksasa. Dia juga bingung bagaimana cara membagi anak gadisnya Timun Emas. Untungnya si Raksasa masih berbaik hati dengan mengijinkan Timun Emas untuk tinggal bersama Mbok Sirni. Setelah Mbok Sirni mengungkapkan kebingungannya, si Raksasa berkata “baiklah, gadis cantik itu boleh tinggal bersamamu sampai dengan umurnya yang ke 17. Setelah itu aku akan datang untuk memangsanya”. Mbok Sirni sangat gembira mendengar ucapan si Raksasa. Setidaknya masih cukup waktu baginya memikirkan cara bagaimana agar anak gadis kesayangannya Timun Emas tidak dimangsa oleh si Raksasa.
Walaupun sedikit bergembira karena masih ada waktu baginya hidup bersama Timun Emas, namun dalam hati Mbok Sirni tetap dipenuhi kekhawatiran. Timun Emas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Sifat dan perilakunya yang baik menambah rasa saying Mbok Sirni kepadanya. Dia taat dan penurut, rajin pula, dia membantu kerepotan Mbok Sirni yang telah dianggapnya sebagai ibu kandung. Aneka pekerjaan dirumah Mbok Sirni dikerjakannya dengan baik. Dia memasak, mencuci, menyapu, dan juga turut bersama Mbok Sirni mencari kayu bakar di hutan. Tidak berlebihan rasanya jika Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas dan mengganggapnya sebagai anak kandung.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu, Mbok Sirni menjadi sangat cemas jika teringat janjinya pada si Raksasa. Sungguh sangat tidak rela dia jika anak gadis kesayangganya akan dimangsa si Raksasa.
Pada suatu malam Mbok Sirni bermimipi. Dalam impiannya itu dia harus menemui seseorang pertapa sakti yang berada di gunung Gundul jika menghendaki anaknya selamat. Keesokan harinya Mbok Sirni menuju Gunung Gundul. Dia berjumpa dengan seorang pertapa. Dia meminta tolong kepada pertapa agar anaknya dapat terbebas dari si Raksasa, sang pertapa memberikan satu biji bibit tanaman mentimun, jarum. Sebutir garam, dan sepotong trasi kepada Mbok Sirni “berikan semua itu kepada anakmu. Niscaya dia akan selamat dari Raksasa yang hendak memangsanya” kata sang pertapa. Sang pertapa menjelaskan cara menggunakan benda – benda pemberiannya itu. Setelah megucapkan terimakasih, Mbok Sirni bergegas kembali pulang ke rumah. Diberikannya benda – benda dari pertapa kepada Timun Emas.
Hanya berselang beberapa hari setelah itu, si Raksasa pergi menuju Mbok Sirni. Keinginannya untuk memangsa Timun Emas sudah tidak dapat dibendung. Jarak ke rumah Mbok Sirni masih cukup jauh, namun dia sudah berteriak – teriak “hai perempuan tua!!!!! Lekas engkau serahkan anakmu itu untuk ku mangsa secepatnya”. Mbok Sirni keluar dari rumahnya dan meyahut “Tuan Raksasa, anakku telah menuju hutan tempat tinggalmu. Dia siap untuk engkau jadikan santapan. Si Raksasa melihat Timun Emas berlari di kejauhan. Tanpa menunggu lebih lama, si Raksasa mengejar Timun Emas. Air liur si Raksasa menetes – netes karena telah menguat keinginannya untuk secepat mungkin menyantap Timun Emas. Timun Emas telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk dapat berlari kencang. Namun, langkah kaki si Raksasa yang lebar dan cepat membuat jarak antara Timun Emas dan Raksasa semakin dekat. Melihat Si Raksasa sebentar lagi akan menangkapnya, Timun Emas lantas melemparkan satu bibit mentimun. Keajaiban terjadi, seketika bibit mentimun itu berubah menjadi tanaman mentimun yang sangat lebat dan banyak sekali buahnya. Terlihat menggiurkan sekali buah – buahan mentimun itu. Si Raksasa dengan rakus langsung melahap buah – buah mentimun ajaib itu.
Namun, ternyata sekian banyak buah mentimun belum memuaskan perut raksasa yang rakus. Dia kembali mengejar Timun EMas yang sudah berlalu cukup jauh. Semakin lama Timun Emas pun kembali akan disusul si Raksasa. Melihat posisinya yang semakin dekat kembali dengan si Raksasa, Timun Emas lalu melemparkan jarum yang dibawanya. Keajaiban kembali terjadi. jarum yang dilemparkannya berubahmenjadi pohon bamboo yang sangat lebat. Batang – batang pohon bamboo itu tinggi dan tajam. Si Raksasa awalnya sangat sulit melewati hutan bamboo yang seperti pagar, menghalangi dirinya. Namun dengan ganas si Raksasa mencabuti pohon – pohon bamboo yang menghalanginya. Kedua kakinya yang tertusuk batang pohon bamboo tidak dipedulikannya. Dia kembali mengejar Timun Emas yang kembali menajuh. Timun Emas kemudian melempar segenggam garam yang dibawanya saat mengetahui si Raksasa kembali mendekat. Segenggenggam garam berubah itu menjadi lautan yang luas. Sehingga menjadi penghalanag antara Timun Emas dengan Raksasa. Keinginan si Raksasa untuk menyantap Timun Emas sudah begitu tinggi hingga dia pun berenang melintasi lautan luas itu. Dia berenang secepat yang ia bisa, walaupun itu sangat menguras tenaganya.
Si raksasa kelelahan ketika tiba didaratan sebrang laut, namun keinginannya untuk memangsa Timun Emas tidak surut. Dengan goyah dia mencoba mengeja Timun Emas. Timun EMas lantas melempar senjata terakhir yang dimilikinya yaitu sepotong trasi. Seperti keajaiban sebelumnya, sepotong trasi itu berubah menjadi lumpur hisab yang sangat luas. Si Raksasa yang terus mengejarnya kemudian terhisab lumpur. Meski telah mengeluarka seluruh tenaganya, si Raksasa tidak berdaya menghadapi kekuatan lumpur hisab, tubuhnya terus tenggelam terhisab masuk kedalam bumi. Jeritan dan raungan si Raksasa membahana memenuhi langit, namun tidak ada yang bisa menolongnya. Si Raksasa akhirnya menemui kematian setelah seluruh tubuhnya terhisab masuk kedalam lumpur.
Timun Emas selamat. Dia mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah terbebas dari si Raksasa bengis yang suka memangsa manusia. Dia lantas memangsa ke rumahnya untuk menemui Mbok Sirni. Betapa gembira dan bahagianya Mbok Sirni mendapati Timun EMas selamat. Mbok Sirni dapat hidup tenang bersama Timun EMas tanpa khawatir harus menyerahkan Timun Emas kepada Raksasa. Begitu pula halnya dengan Timun EMas. Dia hidup tenang dengan Mbok Sirniyang telah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri. Mereka pun hidup bahagia bersama.

Pesan Moral:
“Jika menghadapi masalah hendaklah kita berusaha sekuat tenaga untuk berusaha mengatasinya. Jangan lupa untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan. Karena Tuhanlah maha penentu segalanya yang terjadi di dunia ini. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar