Kamis, 17 Desember 2015

DONGENG SEJARAH SUKU BETAWI


DONGENG ASAL SUKU BETAWI
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa. Namun berdasarkan penelitian Lance Castles, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, dan Ambon, serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suku betawi adalah suku yang masyarakatnya berasal dari percampuran antaretnis. Budaya suku betawi juga dipengaruhi oleh beberapa suku dari berbagai daerah. Misalnya, budaya kesenian Lenong pada awalnya kental dipengaruhi oleh budaya melayu dan pemerannya menggunakan bahasa melayu. Pameran kesenian Lenong diiringi oleh musik Gambang Kromong yang beberapa alat musiknya terdiri dari alat musik yang berasal dari Tiongkok seperti tehyan, kongahyang, dan sukong.
Hasil asimilasi dari berbagai kebudayaan dan etnis juga berpengaruh pada perilaku, sifat, maupun mekanisme pengambilan keputusan masyarakat betawi. Penulis (saya) merupakan anak yang lahir dari keluarga besar dengan campuran darah Betawi-Arab-Tionghoa (Tiongkok). Tidak banyak yang penulis mengerti mengenai mekanisme pengambilan keputusan pada masyarakat betawi. Namun, karena penulis berada di lingkungan yang sebagian masyarakatnya asli Betawi maka penulis akan mencoba menggambarkan mekanisme pengambilan keputusan pada masyarakat betawi.
Berawal dari kelompok masyarakat terkecil, keluarga, ayah/bapak sebagai kepala keluarga memiliki peranan penting dalam membuat keputusan. Biasanya bapak dalam adat betawi sangat memegang kendali kehidupan keluarganya, mulai dari masa depan keluarga hingga masa depan anak. Berlanjut kepada keluarga besar, ketika seorang bapak yang sudah memiliki cucu dan anak-anaknya sudah berumur 30 tahun ke atas maka pengambilan keputusan berada di tangan anak laki-laki tertua. Jika dalam suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka pengambilan keputusan berada di tangan menantu laki-laki pertama atau suami dari anak perempuan pertama.
Mekanisme pengambilan keputusan di masyarakat betawi biasanya melalui suatu musyawarah yang dipimpin oleh tokoh agama, tuan tanah, maupun orang yang memiliki kekuatan politik atau sangat berpengaruh di daerah tersebut. Musyawarah di masyarakat betawi biasanya dilakukan melalui pengajian yang dihadiri oleh kepala atau pengambil keputusan dari masing-masing keluarga. Musyawarah dan pengambilan keputusan di keluarga besar masyarakat betawi biasanya juga dilakukan setelah pengajian yang dihadiri oleh anggota keluarga maupun setelah kegiatan arisan keluarga.
Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat betawi memahami dan melaksanakan nilai patrilineal. Patrilinieal merupakan garis keturunan maupun kekuasaan dalam keluarga melalui garis keturunan bapak ataupun anak laki-laki. Fenomena di atas berdasarkan pandangan penulis selama berada di tengah keluarga maupun masyarakat dengan nilai budaya betawi. Mekanisme pengambilan keputusan tersebut tercermin dari budaya arab maupun tionghoa dimana bapak memegang alih kendali dan ibu ataupun perempuan hanya mengurusi urusan di rumah tangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar