Minggu, 06 Desember 2015

DONGENG MISTIS GUNUNG SALAK


BUDAYA KABUYUTAN GUNUNG SALAK
Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di daerah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gunung ini mempunyai sekitar tujuh buah puncak. Selain itu Gunung Salak lebih populer sebagai ajang tempat pendidikan bagi klub-klub pecinta alam, terutama sekali daerah punggungan Salak II. Ini dikarenakan medan hutannya yang rapat dan juga jarang pendaki yang mengunjungi gunung ini. Juga memiliki jalur yang cukup sulit bagi para pendaki pemula dikarenakan jalur yang dilewati jarang kita temukan cadangan air kecuali di Pos I jalur pendakian Kawah Ratu, beruntung di puncak Gunung ( 2211 Mdpl ) ditemukan kubangan mata air.Gunung Salak meskipun tergolong sebagai gunung yang rendah, akan tetapi memiliki keunikan tersendiri baik karakteristik hutannya maupun medannya.
Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Keberadaan gunung Salak secara ekologis makin terjaga saja ketika kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Perubahan status menjadi Kawasan Taman Nasional merupakan tugas negara untuk melindungi tanah airnya supaya dapat memenuhi hayat hidup orang banyak. Dengan menjadi Taman Nasional yang menjadikan kawasan ini relatif lebih terjaga akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dan juga menyelamatkan masyarakat dari ancaman yang lebih besar, yakni banjir dan longsor.
Gunung Salak merupakan salah satu dari hulu dua sungai yang sungai yang membelah kota Jakarta dan Tangerang, yakni sungai Cisadane dan sungai Ciliwung. Dengan demikian, bila kawasan gunung Salak tidak rusak maka kawasan ini akan menyerap banyak air yang, di samping dapat menyediakan kebutuhan masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Salak juga sekaligus mengurangi volume air yang mengalir ke Jakarta, karena mencegah banjir tidak hanya persoalan hilir melainkan juga hulu. Keberadaan Taman Nasional atau kawasan konservasi tidak bisa lepas dari masyarakat yang hidup di sekitarnya, yang telah puluhan bahkan ratusan tahun tinggal, menetap, dan memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Bahkan dalam paradigma baru pengelolaan suatu kawasan konservasi adalah dengan melibatkan secara aktif masyarakat. Karena memang sejatinya, kehadiran kawasan konservasi, yang relatif baru dibandingkan kehadiran manusia, adalah dapat berperan dalam mensejahterakan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Salak masih memiliki kearifan tradisional, diantaranya berupa pengetahuan tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk berbagai kebutuhannya. Tradisi dan pengetahuan lokal mengenai konservasi kawasan merupakan hasil dari interaksi panjang antara manusia dan alam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat, atau bahkan mungkin individu, memiliki cara pandang tersendiri tentang keberadaan sebuah Gunung, tergantung pada hasil interaksinya dengan gunung.
Bagi masyarakat Sunda yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, gunung Salak memiliki makna tersendiri. Gunung diyakini oleh masyarakat sebagai tempat bersemayam dan turunnya para Batara dari Kahyangan, untuk itu masyarakat Sunda klasik Sunda sering menyebut gunung sebagai kabuyutan. Peran gunung sebagai kabuyut dapat dilihat dari cerita-cerita rakyat dan juga tuturan para pini sepuh.
Oleh masyarakat adat yang tinggal di desa Giri Jaya, gunung Salak merupakan kawasan yang penting, karena di gunung salak ini asal usul daerah dan kehidupan tersimpan. Gunung Salak juga menyimpan banyak misteri kehidupan, bagi siapa saja yang dapat menemukan atau mengerti rahasia yang terdapat di gunung Salak akan menjadi manusia arif. Pendapat mereka didasarkan atas tafsirannya mengenai asal nama Salak yang menjadi nama gunung ini. Menurut masyarakat, nama Salak berasal dari Siloka dan salaka yang berarti simbol atau tanda dan juga asal-usul.
Masyarakat adat ini setiap tahunnya sering menggelar acara-acara seremonial tradisi, seperti seren taun, muludan, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan seremoni tradisi tersebut, penghormatan terhadap alam, Gunung Salak dalam hal ini dilakukan. Gunung Salak sangat dihormat oleh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar