Budaya Ritual Malam 1 Suro
Tradisi ini berbentuk kegiatan pendakian Gunung Sumbing, salah satu gunung
yang berada di Kabupaten Temanggung. Pendakian Gunung Sumbing bisa dilakukan
kapan saja. Tetapi puncak keramaian terjadi pada malem selikuran. Ribuan
pendaki, yang dipandu para pecinta alam yang berpengalaman dari Sumbing Hiking
Club (SHC) Temanggung, serta dipantau para petugas terpadu di posko-posko
terdekat, mengawali ritualnya dari desa Pager Gunung, kecamatan Bulu.
Untuk pendakian di luar tradisi malem selikuran, perjalanan bisa dilakukan
tanpa harus dipandu petugas. Para pendaki umumnya start dari Desa Kledung (arah
barat laut), atau Kampung Butuh dan Selogowok di Kecamatan Tlogo Mulyo (timur
laut).
Bahkan, Gunung Sumbing juga bisa didaki dari kawasan di luar Kabupaten Temanggung. Yaitu arah barat laut dari Kampung Garung (1.543 m dpl) di desa Butuh, Kecamatan Kalijajar (Wonosobo), arah tenggara dari Kalegan (Kabupaten Magelang), dan arah barat daya dari Sapurun (Wonosobo).
Bahkan, Gunung Sumbing juga bisa didaki dari kawasan di luar Kabupaten Temanggung. Yaitu arah barat laut dari Kampung Garung (1.543 m dpl) di desa Butuh, Kecamatan Kalijajar (Wonosobo), arah tenggara dari Kalegan (Kabupaten Magelang), dan arah barat daya dari Sapurun (Wonosobo).
Apabila cuaca bagus, pendakian ke puncak menempuh waktu sekitar lima jam.
Sebagian dari mereka berziarah kemakam Ki Ageng Makukuhan di Puncak Sumbing. Ki
Ageng Makukuhan diyakini sebagai orang pertama yang singgah di Kedu dan
memperkenalkan tanaman tembakau. Ada beberapa pos yang harus dilalui dari base
camp hingga ke puncak, yaitu pos I (1.750 m dpl), pos II (2.000 m dpl), pos
bayangan (2.500 m dpl), dan bagian puncak (2.850-3.340 m dpl).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar