BUDAYA SYAIR
MISTIK PAMADIHIN
Kalimantan
Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
terletak di pulau Kalimantan.
Ibukotanya adalah Banjarmasin.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km². Menurut survei
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan
2 kota. Kalimantan
Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan
luas wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004
membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi
13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu
Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten
Tanah Bumbu.
Penduduk
Kalimantan Selatan berjumlah 3.626.616 jiwa (2010). Kesenian dari Kalimantan
selatan diantaranya adalah Tarian tradisional. Tari dari Kalimantan Selatan secara
garis besarnya adalah dari adat budaya etnis Banjar dan etnis Dayak. Tari
Banjar berkembang sejak masa Kesultanan Banjar dan dipengaruhi oleh budaya Jawa
dan Melayu, misalnya Tari Japin dan Tari Baksa Kembang. Menurut sejarahnya
secara umum busana adat pengantin banjar terdiri dari 4 jenis, yaitu bagajah
gamulung baular lutut, ba’amar galung pancaran mata hari, dan babajukun galung
pacinan dan babaju kubaya panjang.
Berbicara
mengenai budaya lokal dari suku Banjar yang ada di Kalimantan Selatan, tidak
akan terlepas dari yang namanya kesenian Madihin dan cerita Palui. Madihin
adalah salah satu kesenian khas Banjar yang sangat terkenal. Madihin berasal
dari kata madah dalam bahasa arab artinya nasihahat. Madihin dapat diartikan
sebagai sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, karena ia nenyanyikan
syair-syair yang berasal dari kata akhir persamaan bunyi atau sebagai kalimat
puji-pujian (bahasa arab) karena bisa dilihat dari kalimat dalam madihin yang
kadang kala berupa puji-pujian. Madihin yaitu puisi rakyat anonim bertipe
hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Penyampaian
syair-syair yang dibacakan oleh seniman madihin yang disebut Pamadihin.
Pamadihinan
termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban
profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang
disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak
kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datu Madihin. Datu Madihin
yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang
bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari. Datu Madihin diyakini sebagai orang
pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di
kalangan etnis Banjar di Kalsel.
Kesenian
madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari, lamanya sekitar 2 sampai 3
jam ditempatkan diarena terbuka. Seniman pamadihin ini terdiri dari 1 samapai 4
orang pria atau wanita. Seorang pamadihin harus memiliki keterampilan memukul
terbang sesuai dengan penyajian syair-syair yang dibacakan, madihin ini temanya
saling sindir menyindir antara pamadihinnya.
Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat klimantan tengah yang ketika itu secara administratif bergabung dengan bagian Kalimantan selatan namun dalam perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z Yustan Adzin kini almrhum yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian Banjarmasin Post sejak awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar dan berbagai logat bahasa banjar daerah seperti Banjar Kuala, Banjarmasin, Martapura, Pelaihari dan Banjar Hulu.
Cerita si Palui yang dipublikasikan pada harian Banjarmasin Post mengandung nilai budaya Banjar yang cukup beragam, tokoh Palui mencerminkan bagaimana dinamika dan perkembangan kehidupan orang Banjar.
Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat klimantan tengah yang ketika itu secara administratif bergabung dengan bagian Kalimantan selatan namun dalam perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z Yustan Adzin kini almrhum yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian Banjarmasin Post sejak awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar dan berbagai logat bahasa banjar daerah seperti Banjar Kuala, Banjarmasin, Martapura, Pelaihari dan Banjar Hulu.
Cerita si Palui yang dipublikasikan pada harian Banjarmasin Post mengandung nilai budaya Banjar yang cukup beragam, tokoh Palui mencerminkan bagaimana dinamika dan perkembangan kehidupan orang Banjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar