Dongeng Kura-Kura dan Si Kera
Pada zaman dahulu, tatkala semua binatang masih bisa berbicara
tersebutlah sebuah kampung penuh dengan berbagai binatang. Dua di antaranya
ialah Kera dan Kura-kura. Keduanya sering bermusuhan tetapi cepat berbaikan kembali. Sehingga binatang lain menyebutnya dua
sekawan.
Kera sangat
pandai tetapi sangat malas. Sedangkan Kura-kura amat rajin tetapi agak dungu.
Suatu hari Kura-kura sedang mencari ikan di telaga. Perutnya amat lapar, tetapi
ia tak mendapat seekor ikan pun. Karena capai ia lalu naik ke darat. Kebetulan
Si Kera sedang asyik tidur di bawah pohon beringin.
"Hai sobat!
Enak betul hidupmu. Kau bisa istirahat dengan tenang di situ. Sedangkan aku
jangankan tidur untuk makan pun aku harus mencari dulu," kata Kura-kura.
"Jangan
mengeluh, kemarilah. Aku sedang mimpi indah! Sayang kau mengejutkan aku hingga
terbangun," jawab Kera.
Kura-kura
terperanjat lalu cepat-cepat menghampiri Kera.
"Kau
terganggu olehku? Mimpi apakah kamu?" kata Kura-kura merasa bersalah.
"Aku
bermimpi mendapatkan tiga ekor ikan besar di telaga itu. Lalu kau membakar ikan
itu. Tapi, ketika aku hendak menyantapnya aku terkejut mendengar suaramu,"
kata Kera sedih.
"Maafkan aku
Kera, aku mohon kau jangan bersedih! Biarlah aku mencari ikanmu yang berada
dalam mimpi itu. Tidurlah kembali di sini! Aku akan kembali ke telaga dan
menyerahkannya bila telah matang. lstirahatlah," kata Kura-kura. Kemudian
ia beringsut turun tergesa-gesa ke telaga.
Si Kera tersenyum
gembira karena siasatnya berhasil. Lalu ia meneruskan tidurnya.
Tidak lama
kemudian Kura-kura datang kembali membawa tiga ekor ikan dan segera
memanggangnya. Baunya menyebar ke mana-mana sehingga Si Kera yang tertidur pun
menjadi bangun.
"Hm, bukan
main enaknya masakanmu sobat. Sama harumnya dengan ikan panggang yang berada
dalam mimpiku tadi. Bawalah kemari ikan itu," kata Kera memerintahkan.
Kura-kura
tersenyum mendengar pujian itu. la segera menyerahkan ikan panggang tersebut.
Kera pun menyantapnya sampai habis. Kura-kura terperanjat karena ia tidak
mendapat bagian, padahal ia sedang kelaparan.
"Terima
kasih Kura-kura, sekarang perutku sudah terisi. Ikanmu sungguh lezat. Besok
atau lusa kalau kau mendapatkan ikan lagi jangan lupa padaku."
Kura-kura amat
kesal mendengar perkataan Kera yang tidak lucu itu. Walau hatinya jengkel, ia
tetap menunjukkan muka biasa.
"Tentu
sobat, aku akan selalu ingat padamu! Tapi sekarang tolonglah aku."
"Apa yang
harus kutolong? Aku sudah tak punya waktu lagi. Sang Kancil tadi memesanku
untuk pergi ke rumahnya. Ia hendak mengadakan kenduri. Aku tidak boleh datang
terlambat kalaudiundang, apakah kamu tidak diundang?" tanya Kera,
"Tentu saja
aku juga diundang. Tapi mana bisa aku pergi ke sana tanpa kau?" kata
Kura-kura. Dalam hatinya ia hendak memperdaya si Kera yang telah menipunya.
"Apa
maksudmu? Aku sendiri sudah siap hendak berangkat," kata Kera marah.
"Boleh saja
kalau kau bisa. Tapi, tadi Dewa Air berpesan padaku sewaktu menangkap ikan yang
kau makan."
"Dewa Air?
Apa pesannya?" tanya Kera cemas.
"Barang
siapa yang memakan ikan tadi, umurnya tak kan lama. Karena dalam daging ikan
itu menempel racun kematian."
"Kau jangan
menakut-nakutiku Kura-kura. Ikan itu gurih dan harum, aku tidak yakin ikan itu
mengandung racun," kata Kera sinis.
"Kau boleh
tidak percaya, Kera! Tapi aku tahu kau akan menyesal tidak memperdulikan
omonganku. Selamat...."
"Tunggu! Aku
belum mau mati, katakan bagaimana caranya agar aku tidak mati sekarang,"
Kera memohon.
Kura-kura cepat
menggelengkan kepalanya. Wajahnya berduka.
"Berat
sekali Kera," kata Kura-kura sedih.
Kera tercengang
lalu menangis.
"Tolonglah
aku, katakan cepat, seberat apapun akan kulakukan," jawab Kera.
"Kau harus
mengambil setandan pisang masak, biar aku yang menyerahkannya."
"Untuk
siapa?" tanya Kera.
"Dewa Air.
Dia punya penawar racun dalam ikan yang kau makan tadi."
"Baiklah
kalau begitu aku segera mencari pisang itu! Tunggulah kau di sini."
Tak lama kemudian
Kera datang membawa setandan pisang dan menyerahkannya kepada Kura-kura.
Kura-kura segera terjun ke dalam telaga membawa pisang tersebut.
Lama si Kera menunggu
di tepi telaga tetapi Kura-kura tak juga muncul. Akhirnya ia sadar dirinya
ditipu. Tetapi, ia tak bisa marah karena ia pun telah menipu si Kura-kura.
Baru si Kera
melangkahkan kakinya, ia mendengar si Kura-kura memanggil.
"Jangan dulu
pergi, ini penawar racun tadi," kata Kura-kura.
"Tidak perlu
Kura, aku tahu kau bohong. Tidak ada racun dalam ikan tadi. Aku rela kau makan
pisang yang kuberikan tadi. Sekarang tidak lapar lagi bukan?" tanya Kera
sambil tersenyum.
"Terima kasih
Kera, perutku sudah terisi! Tapi, ini memang sengaja kubawa untukmu. Tiga ekor
ikan tidak cukup untuk perutmu,ambillah kelapa ini!" kata Kura-kura sambil
menyerahkan sebutir kelapa muda yang ditemukannya di tepi telaga.
Keduanya
tersenyum lalu berjabatan tangan dan kembali bersahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar