Dongeng Tutut
& Nangka
Pada suatu
hari Si Kabayan disuruh oleh mertuanya untuk mengambil tutut disawah. Tutut
adalah sejenis siput-siput kecil di sawah. Biasa tutut-tutut sawah dimasak
menggunakan bumbu-bumbu dengan cara direbus. Si Kabayan menuruti perintah
mertuanya untuk mencari tutut disawah. Ia pergi ke sawah tapi malas-malasan.
Setibanya di sawah, Si Kabayan bukannya mencari tutut tapi malah duduk-duduk
santai di pematang sawah.
Mertua
Kabayan lama menunggu di rumah tapi Si Kabayan tak juga kunjung datang.
Akhirnya mertua Kabayan menyusul ke sawah. Sesampainya di sawah, mertua Kabayan
marah bukan main. Ia mendapati menantunya tengah duduk-duduk santai di pematang
sawah. “Hai Kabayan! Aku suruh mencari tutut tapi engkau malah enak
duduk-duduk. Dasar pemalas!” teriak mertuanya.
“Aduh Abah,
aku takut mau turun ke sawah, soalnya sangat dalam. Coba lihat Abah! Saking
dalamnya, langit sampai terlihat di air sawah.” kata Kabayan beralasan.
Karena kesal
melihat kemalasan menantunya, Mertua Si Kabayan kemudian mendorong tubuh
menantunya hingga terjatuh ke sawah. Si Kabayan terjatuh ke sawah sambil
tersenyum-senyum. “Aduh Abah, tenyata sawahnya dangkal ya.” Ia kemudian
mengambil siput-siput kecil di sawah.
Hari
lainnya, Si Kabayan disuruh mertuanya memetik buah nangka matang. Pohon nangka
tersebut terletak di pinggir sungai, dimana tangkainya menjorok di atas sungai.
Si Kabayan memanjat pohon nangka dengan malasnya. Ia takut mertuanya marah
besar jika ia tak menuruti perintahnya. Diatas pohon ia melihat ada buah nangka
telah matang. Dipetiknya buah nangka matang tersebut. Tapi sayang, karena cukup
sulit, buah nangka tersebut jatuh ke dalam sungai. Si Kabayan membiarkan buah
nangka matang hanyut di sungai. Ia kemudian pulang ke rumah mertuanya.
Di rumah,
mertuanya nampak kesal ketika melihat menantunya pulang tanpa membawa buah
nangka matang yang ia minta. “Mana buah nangka matang yang aku minta petik?”
Tanya mertuanya.
“Loh,
bukannya buah nangka yang aku petik tadi sudah sampai duluan? Waktu kupetik,
buah nangka itu jatuh ke sungai. Nampaknya ia ingin berjalan sendirian. Makanya
aku biarkan ia berjalan sendirian. Sudah aku perintahkan agar ia cepat pulang
ke rumah, tapi ternyata belum sampai juga nangka itu ya? Dasar nangka tak tahu
diri, dia tidak mau menuruti perintahku.” Dengan santainya Si Kabayan menjawab.
“Apa-apaan
kamu Kabayan? Mana bisa buah nangka berjalan sendirian ke rumah. Dasar pemalas
banyak alasan.” mertuanya berteriak kesal.
Si Kabayan
hanya hanya tertawa-tawa dimarahi oleh mertuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar