Rabu, 23 Maret 2016

DONGENG PUTRA SI PAHIT LIDAH

Dongeng “Si Pahit Lidah” Dahulu kala ada anak muda yang namanya “Pagar Bumi” mereka enam bersaudara yang telah mengembara jauh tak tentu arahnya. Pada suatu hari ahli ramal kerajaan bertemu dengan Pagar Bumi selintas saja dia sudah dapat menilai besok lusa Pagar Bumi itu akan menjadi orang yang sakti, tapi kesaktiannya dapat membahayakan kerajaan. Dari hari itu juga Pagar Bumi dengan orang tuanya mendapat perintah untuk menghadap ke istana kerajaan. Disana Pagar Bumi mendapat perintah dari Raja, dia harus meninggalkan kerajaan jawa, ia juga diasingkan ke Pulau Sumatera. Ibunya menangis tersedu-sedu Suatu hari ia sampai di desa yang memegang permaisuri orang sebai yang sakti dan memiliki ilmu ghaib. Di desa itu dia berkenalan dengan pemuda sebayanya. Mereka mendengar pengumuman yang dikeluarkan oleh Ratu, siapa saja dapat belajar ilmu kesaktian dengan dia. Yang mendapat giliran yang pertama adalah temannya. Pagar Bumi menunggu gilirannya dia duduk di ruang tunggu pendopo. Karena terlalu lama dia tertidur, sampai gilirannya dia tidak bangun. Celakanya temannya juga tidak membangunkan dia, padahal namanya di sebut-sebut oleh Ratu. Ratu pun tidak sabar, dia mendekat ke Pagar Bumi, dia membangunkan si Pagar Bumi, tapi sia-sia, Pagar Bumi tetap tidak bangun, si Ratu tadi akhirnya mengambil air minum segelas dan dibacakan mantra, sampai Pagar Bumi sadar dari tidurnya. Dia kaget karena Ratu sudah di hadapannya dengan segala hulu balangnya. Dia bingung karena temannya sudah tidak disan dan pengawal pun memberi tahu kalau temannya tidak ada lari waktu kamu tidur, si Pagar Bumi pun melanjukan jalan ke barat, sampai di tepi ujung kulon. Pagar Bumi niat mau nyebrang ke selat sunda, akhirnya dia sampai di Pulau Sumatera,ia sampai di sebuah dusun di sumatera selatan. Karena letih dia pun tidur dibawah pohon dengan alas kepalanya kayu besar yang sudah mati. Berhari-hari dia duduk, melihat orang berlalu lalang, tapi tidak ada orang yang memperhatikannya, seolah-olah tidak ada Pagar Bumi yang duduk disana. Tapi sudah mau malam baru penduduk beranjak ke rumah mereka, ada kijang yang lewat di hadapannya dia tersentak, dengan berkata “Batu”, ajaibnya kijang itu langsung jadi batu, sejak itu dia jadi sombong. Dia pun dijuluki “ Si Pahit Lidah”. Berita itu sampai kedaerah Lampung. Pada waktu itu Lampung ada sebuah kerajaan yang namanya “Danau Maghrib”, awalnya di perintah dengan Raja yang arif dan bijaksana. Raja itu memiliki tiga anak, mereka adalah Dewi Sinta, Gunawan Suci, dan Gunawan Sakti. Tapi sayang sesudah Raja wafat tahta kerajaan diambil ole saudara raja yang lalim. Kedua anak Raja tadi mau tewot mendengarkan si Pagar Bumi yang ada kelebihannya, dia dapat membuat orang yang di sapanya jadi batu. Kabar nasib kedua putra Raja tersebar keseluruh penjuru dunia. Kakaknya yang tua Dewi Sinta nangis tersedu-sedu karena duka yang mendalam. Selama beberapa hari Dewi Sinta tidak makan tidak tidur. Pada hari ke 5 sesudah kepergian ayahnya Dewi Sinta tidur enak sekali, didalam pedomannya dia mimpi dia didatangi kedua orang tuanya, mereka memberi petunjuk cara-cara menghadapi si Pahit Lidah dan nmembebaskan adik mereka yang terkena sihir. Keesokan harinya dia menghadap pamannya yang sekarang ini menjadi raja, dia meminta izin mau ke Bukit Pesagi unuk membebaskan kedua adiknya. Akhirnya Dewi Sinta naik kuda menuju Bukit Pesagi, dia menutup telinganya dengan kapas, si Pahit Lidah menggoda, tapi Dewi Sinta tidak terpengaruh, dia mengingat apa yang dipesankan oleh orang tuanya. Sampai diatas Bukit Pesagi, Dewi Sinta heran, dia melihat burung yang pintar menyanyi ada juga pohon yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian bak musik alami. tapi dia cepat sadar, kalau kedatangannya bukan untuk ngehibur dia, melainkan membebaskan kedua adiknya yang sudah menjadi batu. dia cepat turun dari kuda sesuai apa yang diucapkan oleh orang tuanya, dia mendekat ke pangkal pohon beringin, disalah satu celah batang pohon dia mengambil sebuah peti kayu yang didalamnya ada abu. Sampai tempat si Pahit Lidah, tiba-tiba burung ajaib hinggap di bahu si Pahit Lidah, dia pun tidak dapat bergerak lagi, sang putri langsung menyumbat mulut si Pahit Lidah dengan kapas. Sesudah itu dia menaburkan abu dari kotak ke muka orang-orang yang sudah membatu. Saat itu juga patung-patungnya berubah jadi manusia, cepat-cepat mereka lari, karena diberi tahu oleh burung itu sebentar lagi si Pahit Lidah dapat bergerak. Si Pahit Lidah sakit hatinya karena dia malu karena dikalahkan dengan gadis baik yang lemah lembut. Sesudah itu dia meninggalkan daerah Bukit Pesagi. Si Pahit Lidah sampai di atas sungai ogan, dekat tepi yang berbatuan yang terlihat tertata untuk tempat pemandian. Sampai suatu hari dia sampai di kerajaan tanjung menang, nama rajanya adalah Nurrullah atau si Pak Mata. Si Pahit Lidah lewat kebun milik Raja yang di jaga dengan tiga puluh tentara, karena dia haus dia meminta jeruk, tidak diberi oleh penjaga kebun, dia takut dimarah dengan Rajanya, si Pahit Lidah pun marah “ ah, jeruk pahit seperti itu saja tidak boleh diminta, kikir sekali”. besoknya Raja marah “karena tadi biasanya mikmik itu sudah jadi pahit”, akhirnya pengawal menceritakan tentang si Pahit Lidah. Si Pahit Lidah terkejut karena sang Raja adalah kakak si Pahit Lidah. Yang akhirnya si Pahit Lidah jadi baik dia tidak lagi marah, dendam, bahkan dia bahagia. Si Pahit Lidah akhirnya dia nikah dengan gadis baik yang namanya Dayang Merindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar