DONGENG PUTRI BANYUMAS
Sepintas lalu
pohon ini tampak seperti pohon biasa, namun demikian bila anda cermati lebih
dekat secara langsung pohon ini mempunyai warna yang khas coklat kekuningan
layaknya logam tembaga.
Pohon ini
merupakan “prasasti” hidup sejarah Banyumas, karena menurut babad dan cerita
sejarah Banyumas dari sini titik tonggak sejarah dimulainya / dibangunnya
Kabupaten Banyumas . Pohon ini terletak di daerah yang pertama kali dibangun
sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas di hutan Mangli daerah Kejawar
dan sekarang terletak di Desa Kalisube Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas. Tempat
awal pemerintahan dan nama Banyumas.
Menurut
penelitian, maka hutan Mangli daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya
pusat pemerintahan Adipati Wargo Oetomo II (Djoko Kahiman / Adipati Mrapat)
setelah meninggalkan Wirasaba.
Menurut riwayat
yang juga dipercayai masyarakat, beliau menerima wisik supaya pergi ke suatu
tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon
Tembaga yang dimaksud ; yaitu di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan
dan sungai Banyumas. Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat
pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar.
Ketika sedang
sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan pada waktu itu ada
sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon tersebut namanya pohon Kayu
Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong,
Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu
tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan.
Gambar 2. Batang Pohon
Tembaga yang sekarang masih ada
Adipati Marapat
tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil
Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas
dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat emerintahan yang dibangun ini
kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
*********
Riwayat
singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat).
Riwayat Djoko
Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati
Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai
Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta
dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah.
Setelah Raden
Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kjai adipati Wirasaba yang
bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu
Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika
Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang
putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri
bungsunya yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah
dijodohkan dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah
dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum
berkumpul.
Sakit hati Ki
Ageng Tojareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan
menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa
penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian
menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana
membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat. Tempat terjadinya di
Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati
Sedo Bener, sedangkan makam beliau di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota
Banyumas, sekarang masuk wilayah
Purworejo Klampok.
Penyesalan
Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya
menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang
berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya
akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di
luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII
dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I
yang telah wafat karena kesalahpahaman. Sultan Pajang memberikan segala
kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran
jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti
sendiri), karena beliau adalah anak mantu, maka mohon restu agar diperkenankan
untuk membagi daerah kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah.
Menurut
penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden
Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo
II adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan
tanggal 6 April 1582 M.
Sekembalinya
dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat menjadi Adipati
Wirasaba VII, beliau membagi daerah
kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1.
Banjar Pertambakan
diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2. Merden
diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo.
3. Wirasaba
diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo.
4.
Sedangkan beliau
merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahn
yang baru.
Berdasarkan
penelitian sejarah ditetapkan Hari Jadi
Kabupaten Banyumas adalah hari Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990
Hijriyah bertepatan dengan 6 April 1582 Masehi.
(sumber :
sejarah Banyumas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar