DONGENG SEJARAH KOTA PANGKALPINANG
Kota pangkal pinang dimulai pada
abad ke-18, hiduplah seorang laki-laki yang gagah perkasa bernama Kapten Kong.
Ia tinggal di tepi Sungai Panji di bagian Utara Belinyu. Pada masa itu, atas
perintah Sultan Palembang, Kapten Kong mendirikan yang diberi nama Benteng Kuto
Panji. Benteng ini merupakan Bandar atau pelabuhan kapal-kapal yang berlayar mengangkut
barang-barang perniagaan dan hasil bumi berupa lada dan getah. Juga sekaligus
tempat peleburan timah yang banyak membawa kemakmuran bagi kehidupan
masyarakat.
Kapten Kong memiliki putri yang
sangat cantik bernama A Ho. Parasnya benar-benar rupawan meskipun matanya agak
sipit. Tutur kanya sangat lemah lembut dan pandai sekali memasak. A Ho memiliki
banyak sekali teman dan tidak terbatas di sekitar tempat tinggalnya saja. Ini
tidak mengherankan karena A Ho memang sangat ramah.
Pada suatu hari, A Ho sakit
keras. Hal ini menyebabkan Kapten Kong bersusah hati. karena kehabisan akal
untuk mengobati putrinya, Kapten Kong menyebarkan berita bahwa siapa yang
sanggup menyembuhkan putrinya , jika ia laki-laki maka akan dinikahkan dengan
putri dan jika perempuan akan diangkat menjadi saudara A Ho.
Bermiat untuk mempersunting A
Ho, banyak pemuda berusaha menjadi tabib untuk mengobati A Ho. Tak sedikit pula
tabib sungguhan yang datang untuk membantu Kapten Kong menyembuhkan penyakit
putrinya. Namun, tak satupun yang berhasil. Kapten Kong semakin bersedih hati.
apalagi semakin hari tubuh A Ho semakin lemah dan kurus.
“Kapten Kong, putri tuan
menderita penyakit balak. Jadi harus di asingkan ke tempat lain yang jauh dari
sini,” ujar seorang tabib kepada Kapten Kong.
“Tidak mungkin! Itu hal yang
sangat mustahil.” Ujar Kapten Kong,
“Tetapi tuan, jika putri tuan
tidak segera diasingkan akan menular kepada orang sekampung,” sambung tabib itu
menjelaskan.
Sejenak Kapten Kong terdiam.
Dipandangi wajah putrinya yang sangat pucat. Tak tega rasanya menbawa putri
yang sangat ia cintai itu ke ctas bukit untuk diasingkan. A Ho sejak
kecil telah ditingggal ibunya.
Kapten Kong tetap pada keyakinannya, menolak usul si tabib. Lalu
suasana menjadi hening. Kapten Kong tidak beranjak dari sisi putrinya itu.
“Papa, biarkanlah A Ho pergi
dari rumah.. bawalah A Ho, papa,” tiba-tiba A Ho berkata dengan suara yang
sangat lemah.
Kapten Kong sangat terkejut.
Dirabanya dahi putrinya itu. Terasa panas dan sekujur tubuhnya timbul
bercak-bercak merah.
“Tidak anakku, papa akan
berusah mencari obat, sabarlah,” bujuk Kapten Kong. Di basahnya rambut putrinya
itu agar panas tubuh yang tinggi itu dapat menurun. Hatinya amat sedih. Sudah
lama tidak mendengar A Ho menyanyi lagi. Teman-teman A Ho sengakin menjauh
mendengar penyakit yang dideritanya.
Kapten Kong menatap wajah
putrinya yang sudah agak tenang. Matanya terkatup rapat. Di wajah putrinya,
Kapten Kong melihat ada wajah yang lain, yaitu ibu A Ho yang telah tiada.
Memang paras putrinya sangat mirip dengan istrinya. Sssah, jika istrinya masih
hidup, tentu A Ho akan meresa lebih terhibur.
Kabar penyakit A Ho ternyata
juga terdengar oleh Haji Amiruddin, seorang tokoh ulama di Desa Kuto Panji. Di
datang ke rumah Kapten Kong untuk melihat keadaan A Ho. Haji Amiruddin ternyata
juga mengutarakan maksudnya untuk menolong menyembuhkan A Ho.
Kepandaian Haji Amiruddin
mengobati orang sakit sudah sangat terkenal. Karena itu, mendengar
pernyataan Haji Amiruddin untuk mengobati putrinya itu, terbesit keragua-reguan
di hati kecil sang kapten.
Beberapa hari yang lalu, kapten
telah menyebarkan kabar bahwa siapa saja yang dapat menyembuhkan putriyan jika
laki-laki akan dinikahkan dan jika perempuan akan dijadikan suadara A Ho.
Sekarang seorang laki-laki tua mengaku dapat mengobati A Ho. Terlintas dalam
pikiran Kapten Kong, kalau saja putrinya sembuh tentu akan bersanding dengan
putrinya sesuai janjinya. Tidak mungkin janji itu dimungkiri. Sebagai seorang
satria, pantang menjilat ludah yang telah dimuntahkan. Tetapi akan pantaskan
putrinya yang muda dan cantik itu bersandingan dengan laki-laki tua?
Agaknya pikiran Kapten Kong
telah terbaca oleh Haji Amiruddin. Setelah diam beberapa saat, Haji Amiruddin
berkata,” Kapten Kong, penyakit putri tuan sudah sangat parah. Meskipun begitu,
saya masih sanggup mengobatiasalkan tuan memenuhi persyaratan yang saya
ajukan,”
“Syarat apalagi Pak Haji?
Bukankah jika putriku sembuh aku bersedia untuk menikahkannya denganmu?
Haji Amiruddin tersenyum penuh
arif. Kapten Kong benar-benar seorang ksatria yang memegang janjinya. Diam-diam
Haji Amiruddin sangat kagum kepada Kapten Kong.
“Tidak! Tidak, bukan itu yang
kumaksud,” kata Haji Amiruddin sambil mengggelengka-gelengkan kepalanya.
” Katakana saja Pak Haji,
seberat apapun persyaratan yang kau minta akan kupenuhi,” ujar Kapten Kong
dengan penuh harap.
“Aku dapat menyembuhkan putrimu
asal putri tuan mau masuk agama Islam dan menjadi anak angkatku,” kata Haji
Amiruddin dengan mantap dan tenang.
Seakan ada tenaga gaib yang
menggerakkan hatinya, A Ho memohon kepada papanya unutuk menyetujui persyaratan
Haji Amiruddin. Setelah mengislamkan A Ho, Haji Amiruddin mulai mengobati A Ho.
Dengan izin Allah SWT, A Ho sembuh dan kemudian menjadi anak angkat Haji
Amiruddin.
Haji Amiruddin tidak hanya
pandai dalam hal pengobatan dan mengajarkan agama Islam, tetapi juga memiliki
ilmu silat yang cukup tinggi. A Ho yang setelah memluk agam Islam menjadi anak
angkat Haji Amiruddin menggantikan namanya menjadi Miyak, diajari ilmu beladiri
oleh ayah angkatnya.
A Ho kini menjadi gadis yang
pemberani dan memiliki ilmu beladiri yang cukup tinggi. Bersama-sama dengan
Kapten Kong dan ayah angkatnya, benteng kuto panji semaki terpelihara dan lebih
ditakuti lawan. Tidak mengherankan, ketika benteng kuto panji diserang
oleh lanon(bajak laut) mereka dapat ditumpas habis oleh Kapten Kong
bersama anak buahnya, dibantu oleh A Ho dan Haji Amiruddin.
Ternyata penyerangan lanon
tidak berhenti sampai disitu. Kekalahan yang mereka derita tidak membuat mereka
jera utuk menguasai Benteng Kuto Panji. Diam-diam mereka mengatur strategi dan
membangun kekuatan. Lalu pada suatu malam, mereka melakukan penyerangan dengan
kekuatan yang lebih besar.
Karena serangan yang mendadak
itu, Kapten Kong menjadi panik. Pertempuran pun tidak dapat dielakkan. Dengan
dibantu oleh beberapa anak buah beserta A Ho dan Haji Amiruddin, Kapten Kong
berjuang mati-matian mempetahankan benteng. Namun sayang, kekuatan tidak
berimbang. Akhirnya benteng dapat dikuasai oleh lanon.
Kini Benteng Kuto Panji hanya tinggal puing-puing. Sebagai saksi
bisu perjuangan Kapten Kong beserta A Ho putrinya dan Haji Amiruddin menumpas
bajak laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar